Kalio daging dibuat dengan bahan dasar daging sapi yang dimasak dalam santan bersama bumbu-bumbu tradisional seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, serai, dan daun jeruk.
BACA JUGA:Sambal Udang Petai : Sajian Pedas Menggugah Selera yang Kian Digemari Pecinta Kuliner Nusantara
BACA JUGA:Gulai Kambing : Kuliner Tradisional yang Tetap Memikat Selera Nusantara
Semua bumbu ini dihaluskan dan ditumis hingga harum, kemudian dimasukkan daging dan santan untuk dimasak dengan api kecil.
Salah satu yang membedakan kalio dengan gulai adalah konsistensi kuahnya yang lebih kental, namun belum sekering rendang.
Warna kalio cenderung cokelat kemerahan dan mengilap karena minyak dari santan yang keluar selama proses memasak.
Chef Fitria Andam Dewi, seorang ahli kuliner tradisional Minangkabau, mengatakan bahwa kesabaran dan ketelitian adalah kunci dari cita rasa kalio yang autentik.
“Kalau apinya terlalu besar atau santannya kurang segar, rasa kalio bisa berubah. Harus sabar dan terus diaduk agar santannya tidak pecah,” ujar Fitria.
Rendang telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia oleh CNN Travel. Namun, kalio daging juga mulai mendapatkan tempat tersendiri di hati para pencinta kuliner, terutama mereka yang ingin menikmati rasa rendang dalam versi yang lebih ringan dan berkuah.
Di berbagai rumah makan Padang, kalio sering disajikan bersama rendang sebagai pilihan menu.
Bahkan, beberapa restoran modern di Jakarta dan kota-kota besar lainnya mulai menyertakan kalio sebagai sajian utama dalam menu mereka.
Wati, pemilik Rumah Makan Sederhana di Jakarta Selatan, mengatakan bahwa penjualan kalio meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
“Banyak pelanggan yang minta kalio karena lebih empuk dan rasanya lebih segar dibanding rendang yang kering. Apalagi anak-anak, mereka lebih suka kalio,” kata Wati.
Tren kuliner lokal yang kembali naik daun memberi peluang besar bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan produk olahan kalio daging dalam bentuk beku (frozen food) maupun kemasan siap saji.
Di berbagai pasar tradisional hingga toko oleh-oleh, kalio kini hadir dalam kemasan vakum yang bisa bertahan hingga dua minggu jika disimpan di lemari es.
Dinas Perdagangan Sumatera Barat bahkan mulai mengembangkan program pelatihan untuk UMKM lokal agar dapat mengekspor produk kalio ke luar negeri, menyusul suksesnya rendang.