Wilayah ini memiliki pantai-pantai perawan, pulau-pulau kecil eksotis, dan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi.
Beberapa destinasi yang digadang-gadang menjadi ikon wisata Bima Timur antara lain:
Pantai Nisa di Sape, dengan pasir putih dan air laut jernih
Pulau Kelapa dan Pulau Ular, destinasi snorkeling dan diving
Pantai Lariti di Lambu, dikenal sebagai "pantai pasir terbelah" yang muncul saat air surut
Teluk Wera dan Pantai Karumbu, dengan tebing karang dan spot memancing favorit
Dinas Pariwisata NTB bahkan telah melakukan studi awal yang menunjukkan bahwa sektor pariwisata bahari di kawasan ini bisa menyerap ribuan tenaga kerja lokal dan mendorong terbentuknya ekonomi kreatif masyarakat pesisir.
Pertanian dan Perikanan: Sumber Kehidupan Rakyat Bima Timur
Selain wisata, sektor pertanian dan perikanan menjadi fondasi utama ekonomi masyarakat di kawasan timur Bima.
Lahan pertanian produktif tersebar di kecamatan Wawo, Ambalawi, dan Wera. Komoditas utama meliputi:
Bawang merah
Jagung
Kacang tanah
Padi gogo
Kacang hijau
Sementara sektor perikanan tangkap menjadi tulang punggung ekonomi pesisir di Langgudu, Sape, dan Lambu.
Nelayan di wilayah ini menangkap berbagai jenis ikan laut, termasuk tuna, cakalang, dan tongkol yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Bahkan, sebagian hasil tangkapan dikirim ke luar daerah, seperti Bali, Makassar, dan Surabaya.
Pemerintah Provinsi NTB dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) di Sape sebagai bagian dari strategi pembangunan berbasis potensi lokal.
Aspirasi Pemekaran yang Menguat Sejak Lama
Usulan pemekaran Kabupaten Bima Timur sebenarnya bukanlah hal baru.
Isu ini telah muncul sejak lebih dari satu dekade lalu, namun sempat terhenti karena kebijakan moratorium daerah otonomi baru oleh pemerintah pusat.
Kini, dengan mulai dibukanya kembali ruang pembentukan DOB secara selektif, para tokoh masyarakat, pemuda, dan organisasi lokal kembali menyuarakan pentingnya pemekaran ini.