Kisah Inspiratif Ibu Sutarmi: Petani Jamur Tiram Asal Musi Rawas Berhasil Ubah Limbah Jadi Ladang Cuan

Rabu 12-11-2025,20:00 WIB
Reporter : Yati
Editor : Dahlia

MUSI RAWAS, PALPOS.ID - Tidak banyak orang mampu melihat peluang di tengah keterbatasan. Berbeda dengan Sutarmi (43),  seorang ibu rumah tangga asal Dusun Sidomulyo, Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, yang mengubah bubuk kayu (limbah kayu) yang sering dianggap tak berguna menjadi sumber rezeki yang bernilai tinggi. 

Kisah inspiratif ini bermula pada tahun 2019, ketika Sutarmi melihat tumpukan serbuk kayu sisa pengolahan di tempat usaha milik temannya.

Alih-alih membiarkan limbah itu terbuang, muncul ide brilian untuk memanfaatkannya sebagai media tanam jamur tiram.

Berbekal ilmu dari pamannya yang juga seorang petani jamur tiram, Sutarmi mulai bereksperimen menciptakan media tanam dengan mencampur serbuk kayu dan bahan organik lain, kemudian mengukusnya selama delapan jam agar steril dari bakteri.

BACA JUGA:Pertamina EP Pendopo Field Latih Petani Musi Rawas Ciptakan Pupuk Organik Ramah Lingkungan

BACA JUGA:Sempat Viral, Pelaku Perundungan di Muratara Akhirnya Dikeluarkan Dari Sekolah

“Waktu pertama kali coba, saya cuma bikin sekitar 500 log. Eh, ternyata tumbuh bagus dan bisa panen setelah tiga bulan,” kenangnya sambil tersenyum.

Dari coba-coba, kini Sutarni, semakin serius melakoni usaha sampingannya sebagai petani jamur tiram.

Dengan lahan sempit berukuran 3x6 meter di samping rumahnya, Sutarmi memperluas usaha budidaya jamur tiramnya menjadi 1.400 log, dengan hasil panen antara 3kg hingga 7kg setiap harinya. 

Hasil panen jamur, awalnya hanya dititipkan di warung sekitar rumah, namun kini para pedagang sayur keliling datang langsung membeli ke tempatnya dengan harga Rp25 ribu per kilogramnya.

BACA JUGA:Ciduk Pengedar Narkoba, Belasan paket Sabu Berhasil Diamankan

BACA JUGA:Cekcok dengan Istri, Warga di Musi Rawas Ditemukan Tak Bernyawa di Kebun

“Alhamdulillah, dari hasil jamur ini bisa bantu kebutuhan dapur sehari-hari,” tuturnya.

Ibarat pepatah setiap usaha pasti ada pasang surutnya, begitupun yang dialami Sutarmi. Tantangan datang setelah tiga tahun usahanya berjalan.

Limbah kayu sebagai bahan baku utama media tanam mulai sulit didapat karena pengolahan kayu di desanya berhenti beroperasi.

Kategori :