Kisah Inspiratif Ibu Sutarmi: Petani Jamur Tiram Asal Musi Rawas Berhasil Ubah Limbah Jadi Ladang Cuan

Rabu 12-11-2025,20:00 WIB
Reporter : Yati
Editor : Dahlia

Tak patah semangat, Sutarmi bersama suaminya Gunawan rela mencari limbah kayu hingga ke wilayah Mirasih (dulunya daerah transmigrasi), Kecamatan Tugumulyo, Musi Rawas.

BACA JUGA:Pertamina EP Pendopo Field Tanam 2.000 Pohon Pinang Betara di Musi Rawas

BACA JUGA:Dorong Inovasi Mobile AI dan Pertumbuhan Digital Indonesia.

Namun belum berlangsung lama, Sutarmi kembali kesulitan mendapatkan bubuk limbah kayu di wilayah Mirasih, hingga akhirnya ia beralih ke wilayah Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. 

“Sekarang limbah kayu kami ambilnya dari Curup. Walau jauh, ya tetap dijalani supaya usaha ini bisa terus jalan,” ceritanya.  

Kegigihan Sutarmi dalam memanfaatkan limbah kayu menjadi inspirasi tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Upayanya kemudian dilihat dan diapresiasi oleh SKK Migas khusunya PT Medco E&P Indonesia, perusahaan minyak dan gas yang memiliki wilayah operasi di Kabupaten Musi Rawas.

Melalui program pemberdayaan masyarakat bidang ekonomi, Sutarmi yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) binaan Medco E&P mendapat pendampingan intensif agar usahanya tidak hanya berhenti di tahap budidaya, tetapi juga berkembang ke arah produk olahan bernilai tambah.

“Sejak tahun lalu saya dibimbing langsung oleh tim Medco E&P. Mereka mengajarkan cara membuat olahan jamur krispi agar sisa jamur yang tidak terjual tidak terbuang percuma bahkan punya nilai tambah yang lebih," kata Sutarmi. 

Bukan hanya sebatas mengarahkan pada pengembangan produk olahan, PT Medco E&P juga  memberi bantuan alat seperti mesin spinner peniris minyak, untuk Sutarmi dan peralatan lain yang dibutuhkan sesuai usaha yang dijalani.

PT Medco E&P juga ikut membantu secara langsung dalam memasarkan dan mempromosikan produksi jamur krispi yang diproduksinya.

“Biasanya setiap 1–2 minggu sekali, Kantin Medco juga minta kiriman jamur krispi. Jadi, pemasarannya ikut dibantu juga,” tambahnya.

Selain kemasan besar Rp65/kg ada juga kemasan ekonomis Rp5.000.- yang dititipkan di warung-warung sekitar 

"Sekarang kita juga jualnya secara online," ujarnya. 

Karena sudah mulai mengembangkan produk olahan dari jamur krispi, ibu dua anak ini berniat memperluas + menambah volume pembudidayaan jamur tiram miliknya. Namun rencananya itu sementara harus tertunda karena keterbatasan lahan.  

"Nantikan di desa sini akan dibangun pusat oleh-oleh, jadi jamur krispinya bisa juga dititipkan disana," tuturnya. 

Kategori :