Sejarah : Tahun Baru 1947, Kota Palembang Perang 5 Hari 5 Malam

Sejarah : Tahun Baru 1947, Kota Palembang Perang 5 Hari 5 Malam

Monumen Perjuangan Rakyat atau biasa disebut Monpera dibangun untuk mengenang peristiwa perang 5 hari 5 malam di Palembang.--

Tentara Belanda mulai melakukan provokasi, bahkan mereka menggeledah rumah warga yang dicurigai menyimpan senjata. Hal ini menimbulkan ketegangan antara kaum pemuda di Palembang dengan tentara NICA . 

Kekuatan Sekutu dan Belanda di Palembang semakin bertambah, hingga mencapai dua batalyon pada Maret 1946. 

Bertambahnya tentara Belanda yang masuk ke Palembang karena dilindungi oleh Sekutu yang memang membawa misi hukum internasional. Tanggal 24 Oktober 1946, terjadi pengalihan kekuasaan militer di Palembang,  dari Sekutu kepada Belanda. 

BACA JUGA:Jelang Nataru, Tiket KA Bukit Serelo Habis Sampai Akhir Tahun

Sejak saat itu, semakin sering terjadi insiden antara serdadu Belanda melawan kaum pejuang republik di Palembang. 

Insiden pertama di Palembang sejak pelimpahan wewenang tersebut terjadi pada 28 Desember 1946 malam.  Dua granat menghantam truk milik Belanda. Insiden ini menyebabkan dua tentara Belanda tewas dan dua lainnya luka-luka. 

 

Pada 29 Desember 1946, TRI yang merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Palembang, dibantu beberapa laskar pemuda setempat, menyerbu pos-pos militer Belanda. Saat itu, Gubernur Sumatera Selatan, Mohammad Isa, membujuk TRI dan laskar perjuangan untuk mundur pada 31 Desember 1946,  demi menghindari jatuhnya korban. 

BACA JUGA:Suami Istri Sandang Gelar Doktor, dari S-1 Sampai S-3 Kuliah Bareng di Tempat yang Sama

Pada 1 Januari 1947 sekitar pukul 5 pagi, Belanda melanggar garis demarkasi yang menyebabkan terjadinya insiden di daerah Ilir.

Hal inilah yang menjadi pemicu pecahnya pertempuran selama 5 hari 5 malam. Pada pagi pertama pergantian tahun 1947 itu, mobil-mobil jip yang membawa penuh serdadu Belanda. 

Sebagian dari mereka melepaskan tembakan, sebagian lagi ada yang berhenti di simpang empat Masjid Agung Palembang, dan menyerang gedung tempat laskar perjuangan. 

Situasi ini membuat pejuang dan militer di Palembang memutuskan untuk bertindak. Pasukan TRI dan para laskar kemudian mengepung tempat-tempat kedudukan Belanda. 

BACA JUGA:Bolu Kojo, Si Hijau Manis Dari Palembang Ini Enak Banget. Begini Cara Buatnya!

Pertempuran tanggal 1 Januari 1947 berhenti sementara, sekitar pukul 3 sore, setelah adanya imbauan dari Panglima TRI Divisi II,  Kolonel Bambang Utoyo dan Gubernur Isa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: