Sejarah : Tahun Baru 1947, Kota Palembang Perang 5 Hari 5 Malam

Sejarah : Tahun Baru 1947, Kota Palembang Perang 5 Hari 5 Malam

Monumen Perjuangan Rakyat atau biasa disebut Monpera dibangun untuk mengenang peristiwa perang 5 hari 5 malam di Palembang.--

Perang dihentikan setelah terjadinya kesepakatan gencatan senjata dari Palembang dan Belanda. Belum 1 jam persetujuan berjalan, Belanda justru mendatangkan 2 pesawat tempur udara, yaitu B-52 Mitcel, untuk mengawal kereta berlapis baja yang membawa amunisi. 

Tindakan yang dilakukan Belanda itu dianggap sebagai provokasi, yang menyebabkan pertempuran kembali pecah. 

Pada hari kedua dan ketiga, Belanda kembali menyerang pusat pertahanan pejuang Palembang, di area Masjid Agung Palembang. 

BACA JUGA:Jadi Outsourcing, Gaji 4 Pegawai Ini Bakal Naik ? Benarkah

Serangan tersebut bisa dihalau oleh Pasukan Batalyon Geni bersama beberapa laskar pejuang. Bala bantuan untuk Belanda datang, namun berhasil disergap oleh pasukan Lettu Wahid Luddien.

Belanda yang tak mau kalah kemudian mengerahkan kendaraan tempur berlapis baja, pesawat udara, bahkan kapal perang, yang menyerang dari Sungai Musi, untuk membombardir Kota Palembang. 

Karena persenjataan Belanda lebih canggih dan modern, pejuang Palembang yang mulai kehabisan stok amunisi dan logistik, akhirnya kewalahan dan terpaksa mundur menjelang hari kelima. 

BACA JUGA:Tower Provider di Palembang Rawan Pencurian, Ini yang Dilakukan Perusahaan

Akhir Perang 5 Hari di Palembang dilakukan pertemuan antara pimpinan sipil dan militer dari kedua belah pihak,  untuk membicarakan gencatan senjata setelah 5 hari pertempuran sengit berlangsung.

Pihak Indonesia mengirimkan Adnan Kapau (AK) Gani, mantan Residen Sumatera Selatan, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran di Kabinet Sjahrir III, untuk menggelar perundingan dengan Belanda. 

Perundingan gencatan senjata itu menghasilkan kesepakatan pasukan bersenjata (militer), laskar pejuang, dan badan perjuangan Palembang harus mundur sejauh 20 kilometer, dari titik 0 kilometer di pusat Kota Palembang. 

Pemerintahan sipil di bawah pimpinan Gubernur M. Isa, beserta kepolisian serta angkatan laut yang dipimpin Komandan Resimen Mayor A.R Saroinson,  tetap berada di Kota Palembang. 

BACA JUGA:Punya Beragam Suku, Ini 7 Bahasa Daerah di Sumsel. No 5 Jadi Bahasa Pemersatu

Belanda hanya boleh mendirikan pos-pos militer sejauh 14 kilometer dari pusat kota. Gencatan senjata berlaku mulai 6 Januari 1947 pukul 00.00 waktu setempat,  kemudian diikuti dengan pengunduran pasukan mulai pukul 06.00 WIB. 

Kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah Indonesia dan pihak Belanda ini mengakhiri pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang, yang berlangsung dari tanggal 1 Januari hingga 5 Januari 1947. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: