Palembang dalam Tulisan Pelaut Asing, Ini Artinya

Palembang dalam Tulisan Pelaut Asing, Ini Artinya

Jembatan Ampera Palembang yang menjadi ikon Provinsi Sumsel. -Palpos.id-

PALEMBANG, PALPOS.ID - Palembang merupakan Kota tertua di Indonesia. Umumnya diperkirakan sekitar 1337 tahun berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang bertuliskan 16 Juni 682.

BACA JUGA :Kawasan Kumuh di Palembang Luasnya 1.092 Hektare, di Sini Lokasinya

Kota Palembang merupakan wilayah yang sebagian besar digenangi air seperti rawa-rawa. Namun, neck moyang Palembang pada masa itu justru memanfaatkan kondisi alam ini sebagai Saranac transportasi.

BACA JUGA : Kota Palembang Dipenuhi Kawasan Kumuh, Ini Penyebabnya

Kondisi yang demikian menjadikan wilayah Palembang sebagai pusat lalu lintas berdagangan. Bahkan, banyak pelaut-pelaut asing yang datang untuk tujuan bertransaksi.

BACA JUGA:5 Fakta Unik dari Jembatan Ampera Palembang

Berikut ini gambaran-gambaran kota Palembang tempo dulu berdasarkan peninggalan tulisan dari pelaut-pelaut asing hingga media luar negeri zaman dahulu.

1. Kronik Cina  Chu Fan Chi

Kronik adalah sebutan untuk berita atau cerita. Berita Cina sering juga disebut dengan berita Tiongkok. Sekitar abad ke-12, ada buku yang memuat kumpulan cerita yang ditulis oleh penulis bernama Chau Ju Kua. 

Chau Ju Kua pada tahun 1170-1228 merupakan seorang pemeriksa Pabean (instansi yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk dan bea keluar baik melalui darat, laut, Maupin udara).

Dalam tulisannya itu, Chau Ju  menuliskan : Negara ini terletak di Laut Selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu, pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah di pelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.

2. Pelaut Arab dan Parsi

Pelaut Arab dan Parsi pada masa itu menceritakan bahwa kota Palembang adalah kota yang sangat besar. Di mana jika memasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak akan berhenti bersahut-sahutan. Kokok ayam di sini diartikan sebagai simbol terbitnya matahari.

Mereka menggambarkan Palembang sebagai kota yang besar dengan keadaan yang mereka lihat. Berbeda dengan pelaut-pelaut Cina yang menggambarkan kota Palembang dari segi kehidupannya, bagaimana kegiatan yang terjadi di laut dan kapal bersama pribumi dan pelaut asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: http://palembang.go.id/sejarah-kota-palembang