Lebaran Digital, Wajah Baru Berhari Raya

Lebaran Digital, Wajah Baru Berhari Raya

Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara Prof Dr Widodo Muktiyo menyampaikan sambutan pada Pembukaan Rakernas Antara 2023 di Yogyakarta, Rabu (8/3/2023)-FOTO : ANTARA-

Jumlah itu menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 daftar jumlah pengguna smartphone terbesar di dunia setelah Tiongkok (910,14 juta pengguna), India (647,53 juta pengguna) dan Amerika Serikat (249,29 juta pengguna).

Di bawah Indonesia, tercatat Brasil (138,85 juta pengguna), Rusia (105,9 juta pengguna), Jepang (97,23 juta pengguna) dan Meksiko (80,63 juta pengguna).

Sementara data riset dari GSMA Intelligence menunjukkan terdapat 353,8 juta koneksi seluler (128,0%) di Indonesia pada awal tahun 2023.

Seiring waktu, jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia diprediksi terus akan meningkat setiap tahun. Laporan riset Statista bahkan memproyeksi jumlah pengguna smartphone di Indonesia bakal mencapai 268,82 juta pengguna pada tahun 2028.

Plus-minus

Fenomena merebaknya Lebaran ala digital ini tentunya tidak lepas dari ekses plus dan minus-nya.

Secara positif, penggunaan beragam teknologi komunikasi digital yang pasti secara faktual banyak mempermudah masyarakat dalam berbagai aktivitas termasuk saat momen Lebaran.

Orang bisa langsung mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanallahu wa iyyakum minal ‘aidin wal faizin wal maqbulin kullu ‘aamin wa antum bi khair”, melalui share di WhatsApp (WA), video call atau platform media sosial.

Tanpa harus bertemu muka secara langsung terutama karena faktor jarak atau sebab kondisi lain, teknologi komunikasi digital dapat membantu kita untuk bisa saling bermaaf-maafan secara langsung via daring.

Demikian halnya dengan urusan tiket mudik, transaksi dana berlebaran, belanja berhari raya dan berbagai pernak-pernik aktivitas di momen Lebaran lain telah banyak dimudahkan, diefisiensikan dan diakselerasikan mekanisme prosesnya melalui penggunaan teknologi komunikasi digital, bahkan cukup melalui smartphone.

Kehadiran teknologi komunikasi digital memang telah melampaui sekaligus mengatasi ruang dan waktu guna mempermudah manusia dalam beragam aktivitasnya. Menggunakan istilah Nicholas Negroponte (1996), seorang neo-futuris dari Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, bahwa “menjadi digital” adalah sesuatu yang utama dari kehidupan (saat ini).

Manusia tidak melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Teknologi adalah fenomena yang membuat manusia harus mengikutinya dan antisipasi sudah selayaknya dilakukan.

“Manusia harus terus-menerus memperbaiki dan berpikir ulang mengenai tujuan sosialnya,” demikian saran dari futurolog Alvin Toffler (1970) sebagaimana dicatat oleh Anthony G. Wilhelm dalam Democracy in the Digital Age: Challenges to Political Life in Cyber Space (2000).

Meski memiliki banyak kemanfaatan, namun Lebaran versi digital ini juga dipandang mengandung sisi-sisi kekurangan dan bisa bersifat tidak terlihat alias laten.

Sebagai salah satu contoh, fenomena saling bermaaf-maafan saat Lebaran yang jika hanya mengandalkan fasilitasi via online sampai batas tertentu bisa mengurangi nuansa “kedekatan dan keakraban”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: