Lebaran Digital, Wajah Baru Berhari Raya

Lebaran Digital, Wajah Baru Berhari Raya

Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara Prof Dr Widodo Muktiyo menyampaikan sambutan pada Pembukaan Rakernas Antara 2023 di Yogyakarta, Rabu (8/3/2023)-FOTO : ANTARA-

Bagi banyak pihak, bertemu fisik langsung secara kejiwaan sampai batas tertentu bisa memunculkan rasa keintiman relasi yang lebih optimal sekaligus memberikan kesan lebih mendalam daripada sekadar bertemu via digital.

Ada rasa yang “berbeda” secara psikologis saat bersilaturahmi dengan bertemu secara langsung dengan yang hanya via online, tanpa mengurangi esensi dari Lebaran itu sendiri.

Hannah Arent (1963), seorang filsuf Jerman, menyebutnya sebagai “pelemahan hubungan” karena manusia berkomunikasi tidak lagi bertemu secara langsung, namun telah dilokalisasi oleh teknologi.

Pun, dengan sebagian aktivitas lain khas momen Lebaran yang menggunakan piranti teknologi komunikasi digital, jika secara pribadi tidak berhati-hati bisa rentan menimbulkan problem bagi si penggunanya maupun pihak lain.

Misal saja, saat bertransaksi secara online, jika tidak berhati-hati dalam menjaga identitas pribadi seperti nomor pin rekening bank, maka rentan diretas pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Aksi-aksi penipuan via transaksi digital juga rentan muncul di sela-sela kemeriahan momen Lebaran dengan aneka topeng untuk menjerat para korbannya, mulai dari iming-iming undian berhadiah, bisnis investasi hingga ajakan peduli kemanusiaan melalui kedok penggalangan donasi sosial.

Hal ini belum termasuk info-info spesifik tertentu yang sejatinya bernuansa hoax, hate speech, bullying atau praktik pishing, scamming, carding, cracking bahkan hingga sejenis over narcissism yang bisa saja muncul mewarnai ruang maya masyarakat kita, bahkan di tengah-tengah kekudusan momen Idul Fitri.

Dengan demikian, seyogyanya kita harus senantiasa waspada dan antisipasi melalui penguatan literasi digital agar jangan sampai menjadi korban atau bahkan pelaku dari praktik-praktik penyimpangan digital terkait.

Pada akhirnya kita mungkin bersepakat dengan adagium, teknologi selalu bermata dua. Teknologi tidaklah netral, demikian deklarasi kaum tekno-realis dalam memandang keberadaan teknologi.

Ada banyak manfaat positif dari eksistensi teknologi bagi peradaban manusia, tak terkecuali teknologi komunikasi digital. Di sisi lain, ada juga sisi-sisi bernuansa negatif yang menyelubungi ekses dari eksistensi teknologi.

Memang, teknologi komunikasi digital “bisa mendekatkan yang jauh sekaligus juga bisa menjauhkan yang dekat”. Meski demikian, di era modern yang serba sangat kompetitif saat ini, kita sungguh tidak bisa menghindarkan diri dari globalisasi teknologi komunikasi digital.

Yang dapat kita lakukan adalah berusaha bijaksana dalam meresponsnya sesuai dengan situasi dan kebutuhan diri agar senantiasa tercapai kehidupan berkemajuan yang lebih baik. Selamat Idul Fitri 1444 Hijriah. Minal 'Aidin wal-Faizin. Mohon maaf lahir dan batin. (*)

*)Penulis adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang juga Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: