Kejujuran dan Pengorbanan dalam Legenda Lomba Biadar, Warisan Budaya Palembang yang Hidup

Kejujuran dan Pengorbanan dalam Legenda Lomba Biadar, Warisan Budaya Palembang yang Hidup

Kejujuran dan Pengorbanan dalam Legenda Lomba Biadar, Warisan Budaya Palembang yang Hidup.--

OGAN ILIR, PALPOS-ID - Setiap tahun, kota Palembang merayakan kejujuran dan pengorbanan melalui Lomba Biadar, sebuah kompetisi mendayung perahu yang mengangkat semangat dan pesan dari legenda Dayang Merindu.

Sebagai warisan budaya yang hidup, Lomba Biadar mengajarkan nilai-nilai kejujuran, pengorbanan, dan rasa hormat, sekaligus mengabadikan kisah cinta segitiga yang berakhir dengan pengorbanan nyawa.

Lomba Biadar: Menghidupkan Tradisi Dayung Kuno

Lomba Biadar, juga dikenal sebagai Lomba Mendayung Perahu Bidar, adalah sebuah perayaan unik yang menggambarkan seni dayung tradisional Palembang.

Perahu bidar yang khas dan dihiasi dengan detail artistik dirancang khusus untuk acara ini.

Setiap tahun pada perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, Sungai Musi menjadi tempat berlangsungnya lomba ini. Tradisi ini telah hidup sejak zaman dahulu kala dan tetap lestari hingga kini.

BACA JUGA:Lomba Biadar, Upaya Menghidupkan Legenda Dayang Merindu dalam Tradisi Modern

Legenda Dayang Merindu: Semangat Kejujuran dan Pengorbanan

Di balik Lomba Biadar terdapat kisah legenda Dayang Merindu yang menginspirasi.

Kisah ini bermula dari putri cantik, Dayang Merindu, yang tinggal di bagian ulu Kota Palembang. Legenda ini mengisahkan persahabatan dan persaingan cinta antara Dayang Merindu, Kemala Negara, dan Dewa Jaya.

Pergulatan batin antara cinta dan tanggung jawab keluarga mewarnai perjalanan mereka.

Cinta dan Pengorbanan: Dayang Merindu, Kemala Negara, dan Dewa Jaya

Dewa Jaya, yang pergi menuntut ilmu bela diri di negeri lain, kembali sebagai pemuda tampan.

Namun, cintanya yang dalam pada Dayang Merindu tidak lepas dari pengorbanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: