Ketan Susu, Camilan Tradisional yang Kembali Naik Daun di Tengah Gempuran Makanan Modern

Lengketnya bikin kangen, manisnya bikin ketagihan.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Di tengah serbuan makanan cepat saji dan kuliner kekinian yang terus bermunculan, ketan susu—makanan tradisional berbahan dasar ketan dan susu kental manis—kembali menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda.
Camilan yang dulu identik dengan jajanan pasar ini kini bertransformasi menjadi sajian modern dengan berbagai inovasi rasa dan tampilan yang lebih menarik.
Ketan susu sejatinya merupakan perpaduan antara ketan putih kukus yang pulen dengan siraman susu kental manis, kadang ditambah dengan taburan kelapa parut atau serundeng.
Makanan ini sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu, terutama di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
BACA JUGA:Pisang Goreng Crispy Keju : Jajanan Tradisional yang Naik Kelas
BACA JUGA:Tahu Gejrot : Kuliner Khas Cirebon yang Memikat Lidah Nusantara
Dalam budaya Jawa, ketan melambangkan kebersamaan dan kekompakan karena sifatnya yang lengket.
Ketan sering disajikan dalam acara-acara hajatan, selamatan, hingga perayaan hari besar keagamaan.
Penggunaan susu kental manis pada ketan diperkirakan mulai populer pada era 1980-an, sebagai bentuk adaptasi dari makanan tradisional dengan bahan modern yang lebih praktis.
Paduan rasa manis dari susu dengan tekstur kenyal ketan membuatnya digemari lintas generasi.
BACA JUGA:Basreng Pedas : Camilan Pedas Gurih yang Kian Digandrungi Semua Kalangan
BACA JUGA:Makaroni Kering Pedas : Cemilan Kekinian Yang Kembali Ngetren Di Kalangan Milenial
Popularitas ketan susu kembali mencuat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak munculnya berbagai kedai makanan dan kafe yang mengusung konsep "jadul tapi modern".
Salah satunya adalah Ketan Susu Cikini, kedai legendaris di Jakarta yang berdiri sejak tahun 2000-an dan kini menjadi ikon kuliner malam.
“Dulu yang datang ke sini kebanyakan orang tua atau keluarga. Tapi sekarang, anak muda yang antre paling banyak.
Mereka suka foto-foto makanan dan upload ke media sosial,” ujar Andi, pemilik Ketan Susu Cikini yang sudah menjalankan usaha ini selama lebih dari 20 tahun.
BACA JUGA:Cilok Pedas Saus Kacang : Camilan Jalanan yang Makin Digemari di Berbagai Kalangan
BACA JUGA:Sensasi Pedas Bakso Kuah Mercon : Sajian Kekinian yang Menggoda Lidah
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Jakarta. Di kota-kota besar lain seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, hingga Medan, ketan susu menjelma menjadi menu utama di berbagai kafe.
Variasi rasa yang lebih modern pun bermunculan, mulai dari ketan susu keju, ketan susu cokelat, ketan susu matcha, hingga ketan susu durian.
Salah satu kunci keberhasilan ketan susu bertahan dan bahkan berkembang adalah inovasi.
Banyak pelaku usaha kuliner yang tidak hanya mempertahankan resep klasik, tetapi juga menambahkan topping kekinian. Beberapa contoh varian populer di antaranya:
Ketan Susu Keju: Tambahan parutan keju cheddar atau mozarella di atas ketan, menciptakan rasa gurih yang seimbang dengan manisnya susu.
Ketan Susu Oreo: Topping bubuk oreo dan susu cokelat memberikan sentuhan rasa barat.
Ketan Susu Green Tea: Matcha Jepang dipadukan dengan ketan Indonesia, menarik minat pecinta kuliner lintas budaya.
Ketan Susu Durian: Perpaduan dua rasa khas Nusantara ini menjadi favorit di kalangan penggemar durian.
Menurut Yulia Rahmawati, food blogger asal Bandung, keberhasilan ketan susu dalam merebut hati generasi muda adalah karena fleksibilitasnya dalam berinovasi.
“Mereka bisa mempertahankan nilai tradisional sambil tetap relevan dengan selera modern.
Itu kunci kenapa makanan seperti ketan susu nggak pernah benar-benar punah,” ujarnya.
Tren kebangkitan makanan tradisional ternyata membuka peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
Dalam laporan yang dirilis oleh salah satu platform pemesanan makanan online, pesanan ketan susu meningkat 45% selama dua tahun terakhir, dengan jumlah pencarian meningkat pesat di kalangan pengguna usia 18–35 tahun.
Salah satu pelaku bisnis ketan susu yang sukses adalah Ketan Legend, sebuah usaha rintisan di Yogyakarta yang kini telah memiliki lima cabang di berbagai kota.
Mengusung konsep waralaba, Ketan Legend menawarkan lebih dari 10 varian rasa, serta menyediakan layanan pesan antar dan kemasan premium untuk oleh-oleh.
“Dalam sebulan kami bisa menjual lebih dari 15.000 porsi. Permintaan terus naik, apalagi kalau sedang musim liburan,” ujar Arif Prabowo, pendiri Ketan Legend.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan bisnisnya juga ditopang oleh pemasaran digital, terutama di TikTok dan Instagram.
Di balik kelezatannya, ketan susu juga membawa pesan penting tentang pelestarian budaya kuliner lokal.
Di tengah dominasi makanan luar negeri seperti bubble tea, croffle, atau ramen, ketan susu membuktikan bahwa makanan Indonesia tidak kalah menarik jika dikemas dengan tepat.
Pakar kuliner dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Endang Sari, menyebut bahwa ketan susu adalah contoh sukses dari revitalisasi makanan tradisional.
“Kuncinya adalah adaptasi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan nilai historis, tapi juga harus mampu menyesuaikan dengan selera dan gaya hidup zaman sekarang,” katanya.
Dengan semakin luasnya pasar kuliner dan dukungan dari media sosial, ketan susu diprediksi akan terus bertahan dan berkembang. Pemerintah daerah pun mulai melirik potensi ini sebagai bagian dari promosi wisata kuliner lokal.
Di beberapa daerah, festival makanan tradisional mulai rutin digelar, menampilkan ketan susu sebagai salah satu ikon utamanya.
Ini menjadi peluang besar tidak hanya bagi pelaku usaha, tetapi juga generasi muda untuk mencintai dan melestarikan makanan tradisional.
Ketan susu bukan sekadar camilan manis, tetapi juga simbol kekayaan kuliner Nusantara yang mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.
Di tengah derasnya arus globalisasi, ia membuktikan bahwa tradisi bisa tetap hidup dan bahkan bersinar lebih terang jika diberi ruang untuk tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: