Bledug Kuwu: Keunikan Letupan Lumpur dan Legenda Magisnya di Kabupaten Grobogan Calon Provinsi Jatara

Bledug Kuwu: Keunikan Letupan Lumpur dan Legenda Magisnya di Kabupaten Grobogan Calon Provinsi Jatara

Bledug Kuwu: Keunikan Letupan Lumpur dan Legenda Magisnya di Kabupaten Grobogan Calon Provinsi Jatara--

Setelah kemenangan pertama Ajisaka, tugas berat jatuh kepada anaknya, Jaka Linglung, untuk menemukan dan membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi Buaya Putih. 

BACA JUGA:Asal Nama, Sejarah, dan Suku-Suku di Blora: Kabupaten di Calon Provinsi Jatara Pemekaran Jawa Tengah

BACA JUGA:TERBARU ! Usulan Provinsi Jatara Pemekaran Jawa Tengah, Berikut Potensi 6 Kabupaten yang Bergabung

Namun, ada satu hambatan besar yang harus diatasi oleh Jaka Linglung: dia memiliki wujud seekor naga. 

Karena itu, dia tidak diperbolehkan melewati jalur darat agar tidak menimbulkan keresahan di antara warga desa.

Dengan tekad dan kecerdasannya, Jaka Linglung mencari jalur alternatif yang membawanya melalui bawah tanah hingga mencapai Laut Selatan, tempat Buaya Putih berkeliaran. 

Di sinilah pertempuran epik antara Jaka Linglung dan Buaya Putih berlangsung. Dengan keberanian dan kekuatan naga, Jaka Linglung berhasil mengalahkan Buaya Putih dan membunuh Prabu Dewata Cengkar.

Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, Jaka Linglung memulai perjalanan pulang melalui jalur bawah tanah. Namun, dalam perjalanannya, dia naik ke permukaan lebih dari sekali. Salah satu tempat di mana dia naik ke permukaan adalah di daerah Grobogan, di mana dia melepas lelah. 

Tempat ini, di mana Jaka Linglung muncul dalam wujud naga, diyakini menjadi asal muasal Bledug Kuwu, sebuah tempat yang kini dianggap sebagai wisata yang unik dan melegenda.

Meskipun cerita ini telah menjadi legenda yang dikenal luas, fasilitas di wisata Lumpur Bledug Kuwu masih perlu pengembangan lebih lanjut. 

Menurut penelitian, terbentuknya Bledug Kuwu disebabkan oleh tekanan gas dari dalam bumi yang mendorong naik batuan di daerah tersebut. 

Lokasinya berada di Zona Randublatung yang memiliki endapan alluvial dan morfologi datar. 

Selain itu, ada juga jalur sesar di daerah ini yang memungkinkan tekanan gas keluar dari dalam bumi.

Endapan alluvial yang lunak di Zona Randublatung memungkinkan gas dari dalam bumi untuk keluar dengan mudah, menciptakan semburan lumpur yang terkenal ini.

Sebelum abad ke-17, Pulau Jawa dengan lereng Gunung Muria terpisah oleh Selat Muria yang luas dan dalam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: