Perjalanan Spiritual di Tanah Palembang: Mengungkap Makna di Balik Pemakaman Kambang Koci

Perjalanan Spiritual di Tanah Palembang: Mengungkap Makna di Balik Pemakaman Kambang Koci

Suasana Ziarah di Salah Satu makam Kembang Koci--Foto: Medsos @Kaswan

WISATA,PALPOS.ID - Dari pemakaman Kawah Tengkurep hingga ke pemakaman Kambang Koci, jejak sejarah dan keramat pemakaman-pemakaman di Palembang membawa kita dalam perjalanan yang penuh warna. Tidak hanya sekadar kisah-kisah masa lalu, tetapi juga legenda-legenda yang mengiringi tempat-tempat suci ini.

Menyelami sejarah pemakaman Kambang Koci, kita akan dibawa pada perjalanan yang penuh liku dan keajaiban. Beberapa detail menarik melalui buku Kiswah Habaib tentang para tokoh sadah Ba'alawi Palembang.

Dalam buku "Ziarah Kubra & Sekilas mengenai Ulama dan Auliyah Palembang", karangan S. Abdullah Syukri Shahab tahun 2008, disebutkan bahwa pada tahun 1151 H / 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin I mewakafkan sebidang tanah luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya. Tanah ini diberi nama Kambang Koci dan telah menjadi saksi bisu dari berbagai upaya pengambilalihan selama sejarahnya.

Pada masa pendudukan Belanda sekitar tahun 1913 M, pelabuhan Boom Baru dan posisi strategis pemakaman di tepi Sungai Musi membuatnya menjadi rebutan. Namun, melalui perjuangan ahli waris, pemakaman ini tetap bertahan. Hal serupa terjadi pada masa penjajahan Jepang, di mana upaya perebutan tetap gagal.

BACA JUGA:Pulau Kemaro Palembang: Eksplorasi Wisata Religi yang Memukau

BACA JUGA:Destinasi Religi yang Memukau: Masjid Cheng Ho, Tempat Ibadah dan Inspirasi

Pada tahun kemerdekaan 1974, Kambang Koci diresmikan menjadi pemakaman resmi bagi keturunan Sultan Mahmud Badaruddin I. Walau demikian, konflik tidak berhenti. 

Persengketaan dengan pihak pelabuhan pada tahun-tahun berikutnya menyebabkan pembagian luas area pemakaman. Namun, kekuatan spiritual dan kepercayaan dalam keberadaan para wali yang dimakamkan di sana menjadi penjaga tak tergantikan.

Ketika kekhawatiran akan pembongkaran menggema, cerita-cerita keajaiban muncul. Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul) mendengar kabar tersebut dan dengan yakin menyatakan bahwa tidak akan ada pembongkaran, karena Allah lah yang akan menjaganya. Bahkan, saat usaha pemindahan jenazah terhenti karena kecelakaan pesawat, pemakaman ini menjadi tempat terakhir bagi para korban.

Kambang Koci bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga pusat spiritual bagi masyarakat Palembang. Para peziarah datang dari berbagai penjuru untuk menghormati para wali yang dimakamkan di sini. Banyak di antara mereka yang terinspirasi oleh keteguhan hati dan keajaiban yang terkait dengan tempat ini.

BACA JUGA: Memikat Langit: Keindahan Arsitektur Masjid Lawang Kidul, Kamu Harus Tau!

BACA JUGA:Wisata Religi Tanpa Tanding: Menemukan Ketenangan di Alquran Al-Akbar Palembang

Dengan begitu banyaknya para wali yang dimakamkan, Kambang Koci menjadi semacam Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim, Hadhramaut) versi Palembang. Kota ini, dengan semua pemakamannya yang kaya akan sejarah dan spiritualitas, disebut sebagai Hadramaut Tsani, Hadramaut Kedua.

Pemakaman Kambang Koci bukan hanya sekadar tempat bersejarah, tetapi juga saksi perjalanan spiritual dan keajaiban yang menginspirasi. Di tengah gemerlapnya kota Palembang, pemakaman ini tetap menjadi tempat yang memancarkan ketenangan dan keberkahan, menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan merangkul keajaiban dengan keyakinan yang kuat.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: