MITI Minta Presiden Prabowo Hidupkan Kembali BATAN: Diharapkan Bangkit Usai 10 Tahun Mati Suri

MITI Minta Presiden Prabowo Hidupkan Kembali BATAN: Diharapkan Bangkit Usai 10 Tahun Mati Suri

MITI Minta Presiden Prabowo Hidupkan Kembali BATAN: Diharapkan Bangkit Usai 10 Tahun Mati Suri.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

Selain itu, Kementerian Kesehatan telah merencanakan peningkatan instalasi kedokteran nuklir guna memperluas akses layanan kanker nasional. 

Dengan meningkatnya permintaan, ketergantungan pada impor ini akan makin membebani anggaran negara.

BACA JUGA:Perangkap di Dasar Laut: Strategi Siluman Kapal Selam Nuklir Rusia Mengancam Lawan

BACA JUGA:Logistik Spektakuler: Kisah Pengiriman Radar 30 Ton Pemburu Rudal Nuklir untuk TNI AU

Nuklir Bukan Sekadar Energi

MITI menegaskan bahwa ketenaganukliran harus dilihat sebagai aset strategis, bukan hanya dalam produksi energi, namun juga dalam sektor kesehatan, pertanian, dan penelitian. 

Menurut data, tenaga nuklir di negara-negara ASEAN seperti Malaysia dan Vietnam sudah berkembang pesat dalam berbagai bidang selain energi. 

Sementara Indonesia, dengan potensi sumber daya manusia dan fasilitas nuklir yang ada, justru masih tertinggal.

Rohadi mengatakan bahwa dengan menghidupkan kembali BATAN sebagai badan independen, pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia akan lebih terstruktur dan efisien. 

BACA JUGA:NATO Ketar-ketir Rusia Gunakan Posaidon di Kapal Selam Tenaga nuklir, Bisa Bikin Tsunami

BACA JUGA:Perang Nuklir di Depan Mata?

Di samping itu, BATAN dapat berperan penting dalam mendampingi pengembangan industri nuklir dalam negeri, yang sangat relevan untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

"Jika BATAN diaktifkan kembali, Indonesia bisa mengoptimalkan teknologi nuklir tidak hanya untuk pembangkit energi tetapi juga untuk sektor lain yang krusial bagi kesejahteraan masyarakat. Sumber daya manusia kita ada, fasilitasnya juga ada, hanya perlu kebijakan yang mendukung," tambahnya.

Solusi Untuk Pasien Kanker

MITI menyoroti pentingnya ketersediaan layanan kedokteran nuklir di dalam negeri. 

Menurut Rohadi, jika pengelolaan nuklir medis tidak segera diperhatikan, banyak pasien kanker di Indonesia akan terpaksa mencari perawatan ke luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia, yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir lebih maju.

BACA JUGA:Presiden Prabowo Bakal Terbitkan Perpres Pemutihan Utang 6 Juta Petani dan Nelayan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: