Kue Koci : Warisan Kuliner Tradisional yang Tetap Relevan di Tengah Modernisasi

Kue Koci : Manisnya tradisi yang tetap relevan di tengah zaman. Setiap gigitan mengingatkan kita pada kekayaan budaya Indonesia yang terus hidup.-Fhoto: Istimewa-
“Saat ini, tantangannya adalah mencari tenaga kerja yang mau belajar dan telaten.
Membuat kue koci itu butuh kesabaran, dari proses menyiapkan daun pisang, memasak unti kelapa, sampai membungkusnya,” kata Sri Wahyuni.
Namun demikian, sejumlah komunitas kuliner dan lembaga pelestarian budaya mulai gencar mengadakan pelatihan pembuatan kue tradisional di sekolah dan sanggar budaya.
Pemerintah daerah juga turut mendukung melalui program pemberdayaan UMKM kuliner lokal.
Lebih dari sekadar kudapan manis, kue koci adalah representasi dari budaya, sejarah, dan filosofi hidup masyarakat Indonesia.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, kehadiran kue koci menjadi pengingat bahwa tradisi dan identitas bangsa bisa tetap hidup dan berkembang.
Dengan upaya pelestarian yang tepat serta inovasi yang terus dilakukan oleh para pelaku industri makanan, kue koci tidak hanya akan bertahan, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masa kini.
Sebuah jembatan rasa yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: