Sate Blora, Kuliner Legendaris dari Jawa Tengah yang Makin Mendunia

Sate Blora, Kuliner Legendaris dari Jawa Tengah yang Makin Mendunia

Sate Blora bukan sekadar makanan. Ia adalah cerita tentang tradisi, warisan keluarga, dan kebanggaan daerah.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Siapa yang tak kenal dengan Sate Blora? Kuliner khas dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini semakin mencuri perhatian para pecinta kuliner nusantara.

Dengan cita rasa khas dan teknik penyajian tradisional yang masih dipertahankan hingga kini, Sate Blora tak hanya menjadi ikon kuliner lokal, tetapi juga telah merambah ke berbagai kota besar di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.

 

Dibuat dari daging ayam, kambing, atau sapi yang dibakar di atas bara arang dengan olesan bumbu rempah khas, Sate Blora memiliki cita rasa gurih, manis, dan legit yang menyatu sempurna.

Yang membedakannya dari sate-sate daerah lain adalah penggunaan sambal kacang encer dan lontong atau nasi sebagai pelengkapnya.

BACA JUGA:Kerak Telur : Warisan Kuliner Betawi yang Bertahan di Tengah Gempuran Modernisasi

BACA JUGA:Sup Kambing, Kuliner Legendaris yang Tetap Digemari Sepanjang Masa

 

 

Menurut beberapa pelaku usaha kuliner di Blora, keistimewaan Sate Blora terletak pada proses marinasi daging yang dilakukan semalaman menggunakan bumbu rahasia yang telah diwariskan turun-temurun.

Bumbu tersebut biasanya terdiri dari bawang putih, ketumbar, garam, gula merah, dan sedikit air kelapa yang membuat daging menjadi empuk dan meresap rasa.

 

“Dari dulu kami mempertahankan resep keluarga. Bumbunya sederhana, tapi kuncinya di proses perendaman dan cara membakar.

Bara arang yang digunakan juga dari kayu jati, karena aromanya lebih wangi,” ujar Pak Supriyadi, pemilik warung Sate Pak Supri yang telah berdiri sejak 1985 di Blora.

BACA JUGA:Tempe: Menu Sehat dan Ekonomis, Bisa Diolah Jadi Berbagai Hidangan yang Disukai Semua Kalangan

BACA JUGA:Soto Medan : Warisan Kuliner yang Menggugah Selera dari Sumatera Utara

 

Sate yang sudah dibakar kemudian disiram sambal kacang yang tidak terlalu kental, berbeda dengan sate Madura yang cenderung menggunakan sambal kacang kental dan manis.

Sate Blora juga biasanya disajikan dengan sambal kecap dan taburan bawang goreng, memberikan sensasi rasa yang kompleks di lidah.

 

 

Tak heran jika Sate Blora kini menjadi salah satu daya tarik utama wisata kuliner di Kabupaten Blora.

Banyak wisatawan yang datang khusus untuk mencicipi sate ini langsung dari tempat asalnya.

BACA JUGA:Sop Iga Sapi, Sajian Hangat yang Menyatukan Rasa dan Tradisi

BACA JUGA:Sup Kacang Merah : Hidangan Tradisional yang Kian Populer di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Pemerintah Kabupaten Blora pun menjadikan Sate Blora sebagai bagian dari strategi promosi pariwisata daerah.

 

“Kami melihat potensi kuliner ini sangat besar. Sate Blora tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki nilai budaya.

Kita ingin mengangkat kuliner ini ke level nasional dan internasional,” kata Kepala Dinas Pariwisata Blora, Rini Yuliasari, dalam wawancara pada acara Festival Sate Blora 2025.

 

Festival yang digelar setiap tahun itu menampilkan puluhan penjual sate dari seluruh penjuru Blora, serta lomba memasak sate dan pertunjukan seni tradisional.

Acara ini sukses menarik ribuan pengunjung dan menjadi ajang promosi UMKM lokal.

 

 

Popularitas Sate Blora tidak hanya terbatas di Blora. Sejumlah pengusaha kuliner asal Blora mulai membuka cabang di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta.

Bahkan, beberapa warung Sate Blora telah hadir di Malaysia, Singapura, dan Hong Kong, mengikuti diaspora warga Blora yang merantau.

 

Salah satu contohnya adalah Warung Sate Blora "Bu Sarmi" yang membuka cabang di Kuala Lumpur.

Menurut pengelolanya, pelanggan di Malaysia sangat antusias dengan cita rasa sate yang berbeda dari kebanyakan sate yang ada di sana.

 

“Orang Malaysia suka karena rasanya unik. Mereka bilang sambal kacangnya beda dan lebih ringan, cocok untuk makan malam atau sajian keluarga,” kata Dimas, manajer outlet Sate Blora Bu Sarmi di Kuala Lumpur.

 

 

Meski popularitasnya meningkat, para pelaku usaha Sate Blora menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah menjaga kualitas rasa saat membuka cabang di luar Blora.

Perbedaan bahan baku, terutama jenis arang dan kualitas daging, sering menjadi kendala.

 

Untuk itu, beberapa pengusaha mengusahakan pengiriman bahan baku langsung dari Blora atau melatih tenaga kerja di luar kota agar bisa memahami teknik pembuatan sate yang sesuai standar.

 

“Kami ingin menjaga otentisitas. Karena ketika orang makan Sate Blora, mereka harus merasakan sensasi yang sama seperti makan di Blora,” ujar Rudi, pemilik jaringan Sate Blora “Pak Rudi” yang kini memiliki 12 cabang di Indonesia.

 

Pemerintah daerah pun terus memberikan dukungan, salah satunya dengan memfasilitasi pelatihan, penyuluhan higienitas makanan, hingga bantuan permodalan untuk UMKM kuliner.

Selain itu, program digitalisasi juga didorong agar Sate Blora dapat menjangkau konsumen melalui platform online.

 

 

Sate Blora bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya masyarakat Blora yang sarat nilai kebersamaan dan kekeluargaan.

Di desa-desa, sate ini sering menjadi sajian utama dalam hajatan, kenduri, hingga tradisi syukuran panen.

 

“Bagi kami, sate bukan sekadar bisnis. Ini adalah bagian dari identitas kami sebagai orang Blora,” ujar Ibu Nur, pedagang sate keliling yang telah berjualan sejak 1990.

 

Dengan terus menjaga kualitas, nilai tradisi, dan adaptasi dengan perkembangan zaman, Sate Blora diyakini akan terus bertahan dan berkembang.

Sebagai bagian dari khazanah kuliner Indonesia, Sate Blora layak mendapatkan tempat istimewa di hati para penikmat kuliner dalam dan luar negeri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: