Ubi Cilembu : Si Manis dari Tanah Priangan yang Mendunia

Ubi Cilembu : Si Manis dari Tanah Priangan yang Mendunia

Si manis dari Sumedang ini bukan ubi biasa. Saat dipanggang, keluar madu alami yang bikin rasanya legit dan bikin nagih.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID — Di balik perbukitan dan udara sejuk Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tersembunyi sebuah komoditas lokal yang telah mencuri perhatian pasar nasional bahkan internasional: Ubi Cilembu.

Dikenal karena rasa manis alaminya yang menyerupai madu saat dipanggang, ubi ini kini menjadi salah satu produk unggulan pertanian Indonesia yang tengah naik daun.

 

Ubi Cilembu bukan sekadar ubi biasa.

Ketika dipanggang, umbi berwarna krem-oranye ini mengeluarkan cairan lengket berwarna keemasan yang membuatnya dijuluki “ubi madu.”

BACA JUGA:Geco : Kuliner Khas Cirebon yang Unik, Lezat, dan Sarat Filosofi

BACA JUGA:Kerak Telor : Makanan Khas Jakarta yang Kian Melambung

Rasanya yang manis legit dan teksturnya yang lembut menjadikannya favorit di kalangan pecinta kuliner sehat.

Tak heran, permintaan terhadap ubi ini terus meningkat, baik dari pasar lokal maupun mancanegara seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan negara-negara Timur Tengah.

 

Ubi Cilembu pertama kali dikenal luas pada era 1980-an, ketika seorang peneliti pertanian dari Universitas Padjadjaran melakukan penelitian di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Sumedang.

Dari situlah nama "Ubi Cilembu" lahir.

BACA JUGA: Gatang Kenari, Kuliner Tradisional Maluku yang Semakin Diburu Wisatawan

BACA JUGA:Nasi Subut, Warisan Kuliner Gorontalo yang Sarat Makna Budaya

Wilayah ini memiliki jenis tanah yang khas dan iklim pegunungan yang diyakini berpengaruh terhadap cita rasa unik ubi tersebut.

 

Menurut para petani lokal, ubi ini hanya bisa tumbuh dengan optimal di lahan-lahan tertentu di kawasan Cilembu dan sekitarnya.

Jika ditanam di luar wilayah tersebut, rasa manisnya berkurang signifikan.

Inilah yang menjadikan Ubi Cilembu memiliki nilai geografis dan ekonomis yang tinggi.

BACA JUGA:Sagu Lempeng : Warisan Kuliner Nusantara yang Kembali Dilirik di Tengah Tren Makanan Sehat

BACA JUGA:Lumpia Udang : Sajian Lezat yang Menggugah Selera

 

“Kalau ditanam di luar daerah, hasilnya beda.

Yang keluar bukan madu, tapi cuma manis biasa,” ujar Asep Suryana, petani ubi generasi ketiga dari Desa Cilembu.

“Tanah dan cuaca di sini yang bikin rasa ubinya khas.”

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Kementerian Pertanian RI dan pemerintah daerah Jawa Barat telah berupaya mendorong ekspor Ubi Cilembu melalui berbagai program pembinaan petani, pelatihan pengemasan, dan perluasan pasar.

Data dari Dinas Pertanian Sumedang menunjukkan bahwa produksi ubi ini mencapai lebih dari 2.000 ton per tahun, dan sekitar 30 persennya diekspor.

 

“Pasar luar negeri suka Ubi Cilembu karena rasanya beda. Jepang misalnya, sangat tertarik karena mereka punya makanan serupa yaitu 'yaki imo'.

Tapi mereka bilang Ubi Cilembu lebih manis,” ungkap Dina Wahyuni, eksportir dari Bandung yang rutin mengirimkan Ubi Cilembu ke Tokyo dan Osaka.

 

Namun tantangan tetap ada. Salah satunya adalah keterbatasan lahan dan musim panen yang hanya berlangsung dua kali setahun.

Selain itu, penanganan pascapanen dan distribusi yang belum optimal membuat petani kesulitan memenuhi permintaan pasar secara konsisten.

 

Kini, tidak hanya dijual dalam bentuk mentah atau panggang, Ubi Cilembu juga diolah menjadi berbagai produk turunan seperti keripik, dodol, brownies, bahkan minuman fermentasi.

Hal ini memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpan produk.

 

Salah satu pelaku UMKM, Irma Kurniasih, pemilik merek “Dapur Cilembu,” mengaku omzet usahanya meningkat dua kali lipat sejak mengembangkan produk olahan ubi.

“Awalnya cuma jual ubi panggang, sekarang kita punya delapan varian produk. Bahkan ada yang dipesan untuk oleh-oleh haji,” katanya.

 

Selain rasanya yang lezat, Ubi Cilembu juga kaya akan nutrisi.

Kandungan vitamin A, serat, dan antioksidan tinggi membuatnya menjadi pilihan makanan sehat yang cocok dikonsumsi oleh semua kalangan, termasuk penderita diabetes, dengan porsi yang tepat.

 

Dokter gizi klinis dr. Lilis Kartini, M.Gizi, mengatakan bahwa Ubi Cilembu dapat menjadi alternatif karbohidrat yang baik untuk diet.

“Karena indeks glikemiknya lebih rendah dibanding nasi putih, ubi ini baik untuk menjaga kadar gula darah.

Tapi tetap harus dikonsumsi secara bijak,” ujarnya.

 

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan sehat dan lokal, masa depan Ubi Cilembu tampak cerah.

Namun, sinergi antara petani, pelaku usaha, dan pemerintah sangat dibutuhkan agar produk ini terus berkembang tanpa kehilangan identitas aslinya.

 

“Yang penting kita jaga kualitas. Jangan asal banyak tapi rasanya berubah,” kata Asep, menutup pembicaraan dengan senyum bangga.

 

 

 

Ubi Cilembu bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita.

Cerita tentang tanah, tradisi, kerja keras, dan rasa cinta terhadap warisan lokal yang kini telah mendunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: