Geguduh : Camilan Tradisional yang Kembali Naik Daun di Tengah Tren Kuliner Modern

Geguduh : Camilan Tradisional yang Kembali Naik Daun di Tengah Tren Kuliner Modern

Geguduh pisang khas Sunda ini balik lagi jadi primadona!-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID – Di tengah gempuran makanan modern dan tren kuliner kekinian, salah satu camilan tradisional khas Sunda, geguduh, kini kembali mencuri perhatian.

Makanan sederhana yang berbahan dasar pisang ini, kini kembali populer di berbagai kalangan, khususnya generasi muda yang tengah menggandrungi makanan tradisional bernuansa nostalgia.

 

Geguduh, atau dalam beberapa daerah disebut juga "godok pisang" atau "cekodok", merupakan camilan yang dibuat dari pisang matang yang dihaluskan dan dicampur dengan tepung terigu, sedikit gula, dan garam.

Adonan ini kemudian digoreng hingga berwarna keemasan, menghasilkan tekstur yang renyah di luar namun lembut dan manis di dalam.

BACA JUGA:Sala Lauak, Camilan Gurih Khas Minangkabau yang Makin Diminati

BACA JUGA:Martabak Telur : Hidangan Legendaris yang Terus Menjadi Primadona di Tengah Gempuran Kuliner Modern

 

Meskipun tampak sederhana, geguduh memiliki sejarah panjang dalam budaya kuliner masyarakat Sunda.

Biasanya, makanan ini dibuat sebagai sajian sore hari, ditemani secangkir teh hangat atau kopi tubruk.

Rasanya yang manis dan mengenyangkan membuat geguduh kerap menjadi pilihan untuk teman berbincang santai di rumah maupun di warung kopi tradisional.

 

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, geguduh sempat terlupakan, terutama oleh kalangan muda yang lebih memilih makanan instan atau camilan impor.

BACA JUGA:Keju Aroma : Menyajikan Kelezatan Tradisional yang Mendunia

BACA JUGA:Risol Mayo : Jajanan Favorit yang Semakin Populer di Tengah Masyarakat Urban

Beruntung, dalam tiga tahun terakhir, tren kembali ke makanan lokal dan upaya pelestarian kuliner tradisional membuat geguduh kembali naik daun.

 

Salah satu penggerak tren ini adalah komunitas kuliner "Rasa Nusa" yang aktif mempromosikan makanan tradisional melalui media sosial.

Melalui kampanye bertajuk #CintaiCitaRasaLokal, mereka berhasil membuat berbagai jenis makanan tradisional kembali diminati, termasuk geguduh.

 

"Kami melihat bahwa banyak generasi muda sebenarnya tertarik untuk mencoba makanan lokal, hanya saja mereka tidak tahu harus mulai dari mana.

BACA JUGA:Jamur Crispy : Sajian Lezat dan Menyehatkan yang Semakin Digemari

BACA JUGA:Pisang Molen, Camilan Legendaris yang Tetap Digemari Sepanjang Masa

Geguduh ini kami angkat karena bahannya mudah, cara membuatnya simpel, dan rasanya akrab di lidah," ujar Reni Kartikasari, Ketua Komunitas Rasa Nusa, saat ditemui dalam acara Festival Jajanan Tradisional di Alun-Alun Bandung, Sabtu lalu.

 

Menurut Reni, geguduh juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara komersial.

Beberapa pelaku UMKM bahkan mulai melakukan inovasi pada geguduh, seperti menambahkan keju, cokelat, bahkan topping kekinian seperti boba dan es krim.

 

Salah satunya adalah Tedi Apriyanto, pemilik usaha Geguduh Mantul di kawasan Cihampelas, Bandung.

Ia mengaku memodifikasi resep tradisional dengan menambahkan potongan cokelat batang ke dalam adonan, serta menawarkan varian rasa seperti pandan, cokelat, dan keju susu.

 

“Awalnya saya hanya jual geguduh biasa, tapi setelah coba eksperimen, ternyata responsnya bagus.

Sekarang pelanggan saya kebanyakan anak muda. Mereka suka karena ini camilan yang beda, enak, tapi tetap ada nuansa lokalnya,” ujar Tedi.

 

Ia mengaku bisa menjual hingga 300 porsi geguduh per hari saat akhir pekan.

Bahkan, ia kini mulai merambah pemesanan online dan bekerja sama dengan platform pengantaran makanan.

 

Di sisi lain, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat pun turut mendukung pelestarian makanan tradisional seperti geguduh.

Kepala Dinas Pariwisata, Dedi Heryadi, mengatakan bahwa pihaknya tengah menyusun program “Warisan Rasa Sunda” yang bertujuan mengangkat kembali masakan dan camilan khas daerah.

 

“Geguduh bukan hanya makanan, tapi bagian dari identitas budaya kita.

Lewat program ini, kami akan mendorong pelaku pariwisata dan UMKM untuk menghadirkan makanan tradisional dalam berbagai event, termasuk festival kuliner, pameran UMKM, hingga program pariwisata edukatif,” ungkap Dedi.

 

Lebih lanjut, ia juga berharap sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan memasukkan materi tentang makanan tradisional dalam kurikulum muatan lokal, agar generasi muda tidak melupakan warisan kuliner leluhur.

 

 

 

Geguduh, dengan segala kesederhanaannya, kini tidak lagi sekadar camilan rumahan.

Ia telah menjelma menjadi simbol kebangkitan kuliner tradisional yang relevan dengan zaman.

Perpaduan antara rasa yang familiar, bahan yang murah meriah, dan potensi inovasi membuat geguduh layak mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia — bukan hanya sebagai makanan nostalgia, tapi juga sebagai peluang ekonomi kreatif yang menjanjikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: