Lampong Sagu : Menjaga Warisan Kuliner dan Potensi Ekonomi Lokal

Nikmati kelezatan Lampong Sagu, warisan kuliner khas Lampung yang dibuat dengan bahan alami dan resep tradisional.-Fhoto: Istimewa-
Pati ini kemudian dicuci dan diperas untuk menghilangkan kotoran dan mendapatkan tepung sagu yang murni.
Setelah itu, tepung sagu dikeringkan dan diolah menjadi adonan yang kemudian dicetak dan dimasak sesuai resep tradisional.
BACA JUGA:Soto Padang, Kuliner Legendaris dari Ranah Minang yang Tetap Eksis di Tengah Modernisasi
BACA JUGA:Dendeng Batokok, Cita Rasa Pedas yang Melegenda dari Ranah Minang
Karena prosesnya masih tradisional, produk Lampong Sagu biasanya memiliki kualitas yang alami, tanpa bahan pengawet maupun bahan kimia tambahan.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang mengutamakan produk sehat dan alami.
Lampong Sagu tidak hanya menjadi makanan khas yang dinikmati oleh masyarakat lokal, tetapi juga berpotensi menjadi komoditas unggulan yang mampu meningkatkan perekonomian daerah.
Banyak pengrajin Lampong Sagu yang mulai mengembangkan usaha kecil mereka menjadi lebih terorganisir dengan bantuan pemerintah daerah dan berbagai lembaga pendukung.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung, bersama dengan Dinas Pariwisata, aktif melakukan pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku usaha Lampong Sagu agar produk mereka dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Salah satu langkah strategis adalah meningkatkan kemasan dan branding agar lebih menarik di mata konsumen modern dan pasar ekspor.
Selain itu, pengembangan wisata kuliner Lampong Sagu juga menjadi fokus utama.
Banyak destinasi wisata di Lampung yang mulai mengenalkan produk ini sebagai bagian dari pengalaman budaya yang ditawarkan kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Dengan demikian, Lampong Sagu tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga memperkuat daya tarik pariwisata Lampung secara keseluruhan.
Meski memiliki potensi besar, Lampong Sagu menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi agar dapat berkembang secara optimal.
Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan bahan baku sagu yang terkadang terbatas akibat perubahan penggunaan lahan dan penurunan populasi pohon sagu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: