Kebiasaan Konsumsi Kental Manis Sebabkan Stunting di Palembang: Temuan dan Tindak Lanjut

Jumat 30-08-2024,15:41 WIB
Reporter : Septi
Editor : Bambang

METROPOLIS, PALPOS.ID-Stunting, yang merupakan masalah kekurangan gizi kronis pada anak-anak, tampaknya masih menjadi tantangan besar di Kota Palembang. Hal ini terungkap dari hasil kunjungan keluarga yang dilakukan oleh Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).

Temuan dari kunjungan ini mengungkapkan bahwa kebiasaan konsumsi kental manis sebagai pengganti susu pada anak-anak merupakan salah satu penyebab utama tingginya prevalensi stunting di Kecamatan Sukarami, Kota Palembang.

Pada Kamis, 29 Agustus 2024, tim gabungan dari PP Muslimat NU dan YAICI melakukan kunjungan ke lima keluarga yang memiliki anak-anak yang terindikasi stunting.

Hasil kunjungan menunjukkan bahwa tiga dari lima anak tersebut mengkonsumsi kental manis sebagai pengganti susu.

BACA JUGA:Cegah Stunting, Palembang Salurkan Makanan Tambahan di 18 Kecamatan

BACA JUGA:Palembang Bidik Zero Stunting, Perbanyak Program Ibu dan Bapak Asuh

Kebiasaan ini menjadi salah satu fokus utama dalam upaya untuk memahami penyebab stunting dan mencari solusi yang efektif.

Selama kunjungan tersebut, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menjelaskan bahwa pihaknya menemukan sejumlah kebiasaan yang berkaitan dengan konsumsi kental manis.

Banyak orang tua yang memberikan kental manis kepada anak-anak mereka dengan alasan ekonomis dan kebiasaan keluarga.

Menurut Arif, temuan ini sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak terkait dalam menangani masalah stunting secara lebih efektif.

BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Perkuat Komitmen Sosial, Serahkan Bantuan untuk Penanganan Stunting ke Pemkab Bangka

BACA JUGA:Pertamina Distribusikan 150 Distribusikan 150 Paket Makanan Tambahan untuk Cegah Stunting di Sumatera Selatan

“Kami menemukan bahwa ada kebiasaan di kalangan orang tua yang memberikan kental manis sebagai susu untuk anak-anak mereka. Salah satu contohnya adalah seorang anak berusia dua tahun yang ikut mengkonsumsi kental manis karena kakaknya sudah terlebih dahulu meminumnya. Biasanya, satu pouch kental manis habis dalam waktu 3-4 hari,” kata Arif Hidayat.

Lebih lanjut, Arif mengungkapkan bahwa ada juga keluarga yang mencampur susu formula dengan kental manis dengan alasan agar lebih ekonomis.

Praktik ini jelas tidak memenuhi standar gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang sehat.

Kategori :