Di posisi kedua, ada Timor-Leste dengan PDB per kapita sebesar US$ 1.453 atau sekitar Rp 21,7 juta.
Timor-Leste masih berjuang membangun infrastruktur dan kelembagaan sejak memerdekakan diri dari Indonesia pada Mei 2002.
BACA JUGA:Pemkab Muba Rakor Bersama BRIN, Bahas Kajian Tuntaskan Kemiskinan Ekstrem di Muba
BACA JUGA:BRIN Lirik Model Pengentasan Kemiskinan di Muba
Bank Dunia melaporkan bahwa negara ini menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kerapuhan ekonomi yang membatasi pertumbuhannya.
Meskipun Timor-Leste memiliki potensi ekonomi dari sumber daya alam, seperti minyak bumi dan gas, namun belum mampu mengentaskan kemiskinan di kalangan masyarakatnya.
Tantangan lain yang dihadapi Timor-Leste adalah rendahnya kualitas pendidikan.
Sekitar 47 persen anak-anak di negara ini mengalami hambatan pertumbuhan akibat kurangnya gizi yang memadai dan buruknya layanan kesehatan.
Pandemi Covid-19 semakin memperburuk kondisi ini, memperlambat proses pemulihan ekonomi yang sudah lemah sejak awal.
3. Laos
PDB per kapita: US$ 1.976 (Rp 29,6 juta)
Laos, dengan PDB per kapita sebesar US$ 1.976 atau sekitar Rp 29,6 juta, menduduki posisi ketiga sebagai negara termiskin di Asia Tenggara.
Negara ini telah lama mengalami tantangan ekonomi yang berkaitan dengan kemiskinan dan kekurangan gizi.
Menurut survei Bank Dunia pada awal 2024, 81 persen rumah tangga di Laos terkena dampak inflasi, dan lebih dari 60 persen responden terpaksa mengurangi porsi makan mereka.
Tingkat kekurangan gizi di Laos sangat mengkhawatirkan. Pada 2017, 33 persen anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting, 21 persen mengalami kekurangan berat badan, dan 9 persen tergolong sangat kurus.
Kekurangan gizi ini berdampak langsung pada produktivitas ekonomi negara, menimbulkan kerugian hingga US$ 200 juta per tahun.