NasDem: Antara Politik Kekuasaan dan Moralitas
Keputusan NasDem untuk tidak masuk dalam kabinet juga bisa dilihat dari sudut pandang moralitas politik.
Surya Paloh, sebagai pemimpin partai, dikenal sebagai figur yang mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan moralitas dalam politik.
Dengan tidak berorientasi pada kekuasaan, NasDem ingin menunjukkan bahwa mereka tetap bisa berkontribusi untuk negara tanpa harus terlibat langsung dalam struktur pemerintahan.
Dalam beberapa kesempatan, Surya Paloh menekankan pentingnya menjaga integritas dan idealisme dalam politik.
Hal ini sejalan dengan keputusan NasDem untuk tidak memaksakan diri masuk dalam kabinet, meskipun ada peluang.
Prospek Kerja Sama ke Depan
Meski NasDem tidak berada di dalam kabinet, peluang kerja sama antara partai ini dan pemerintahan Prabowo-Gibran tetap terbuka lebar.
Dalam konteks politik Indonesia yang dinamis, dukungan NasDem bisa sangat berarti dalam menjaga stabilitas pemerintahan.
Dalam jangka panjang, NasDem juga bisa berperan sebagai "mitra kritis" yang memberikan masukan dari luar pemerintahan.
Ini bisa menjadi nilai tambah bagi koalisi Prabowo-Gibran dalam menjalankan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
NasDem Tetap Mendukung tanpa Harus Ada di Kabinet
Absennya kader NasDem dalam kabinet Prabowo-Gibran menunjukkan bahwa partai ini mengambil langkah yang berbeda dari kebanyakan partai lain.
Alih-alih mengejar posisi kekuasaan, NasDem lebih memilih untuk mendukung pemerintahan dari luar tanpa harus terlibat langsung dalam struktur kabinet.
Keputusan ini mencerminkan kedewasaan politik dan strategi jangka panjang NasDem.
Meskipun tidak berada dalam kabinet, NasDem tetap menjadi bagian dari koalisi dan berkomitmen untuk mendukung pemerintahan yang akan datang.