Oleh karena itu, pengenalan pangan lokal melalui kurikulum adalah bagian dari upaya mempertahankan kearifan lokal sekaligus mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan.
“Kita harus menyadari bahwa satuan pendidikan tidak berdiri di ruang hampa. Pendidikan tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang memiliki nilai dan kearifan lokal. Dengan memperkenalkan pangan lokal di sekolah, kita juga menjaga warisan budaya dan mendukung ketahanan pangan,” kata Awaluddin.
Disdik Sumsel saat ini sedang mengusulkan kurikulum Mulok pangan lokal serta mengembangkan bahan ajar yang relevan.
Proses ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tenaga pendidik dan ahli dari ICRAF Indonesia.
BACA JUGA:Meski tidak diwajibkan, Provinsi Sumsel Menempati Urutan Kedua Pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Kurikulum ini dirancang agar sesuai dengan kebutuhan siswa SMA dan SMK, dengan materi yang lebih maju dan kontekstual.
Setelah kurikulum dirasa matang, rencananya akan segera diimplementasikan di sekolah-sekolah di Sumsel.
“Kami sedang dalam tahap finalisasi kurikulum. Setelah selesai, kurikulum ini akan langsung diujicobakan dan diterapkan di sekolah-sekolah,” jelas Awaluddin.
Direktur ICRAF Program Indonesia, Andree Ekadinata, mengapresiasi langkah Disdik Sumsel dalam memperkenalkan pangan lokal kepada generasi muda.
Menurutnya, Sumsel memiliki keragaman pangan lokal yang sangat tinggi, sehingga inisiatif ini sangat relevan untuk mendukung ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim.
BACA JUGA:SDN 2 KEBAN II Sanga Desa Tingkatkan Mutu Pendidikan Melalui Akreditasi
BACA JUGA:500 Guru dan Kepsek PAUD se Kota Palembang Ikut Sosialisasi Penggunan Aplikasi Pendidikan
“Program ini merupakan bagian dari kegiatan riset-aksi **Land4Lives** yang didukung oleh pemerintah Kanada. Program ini dirancang untuk membantu masyarakat melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Kerja sama kami dengan Disdik Sumsel adalah bagian dari upaya ini,” ujar Andree.
Balgies Devi Fortuna, peneliti ICRAF Indonesia yang tergabung dalam tim pengembang kurikulum, menyebutkan bahwa program serupa telah diterapkan di dua provinsi lain, yakni Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Inisiatif ini menunjukkan hasil yang positif dalam memperkenalkan pangan lokal kepada siswa di daerah tersebut.