Di pasar, ongol-ongol dijual dalam bentuk potongan kecil-kecil dan dibungkus dengan daun pisang atau plastik.
Hal ini memudahkan para pembeli untuk menikmati camilan ini sambil berjalan-jalan di pasar.
Meskipun zaman telah berkembang pesat dan camilan modern lebih banyak bermunculan, ongol-ongol tetap menjadi primadona bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang merindukan makanan tradisional.
Beberapa pengusaha kuliner bahkan mencoba mengembangkan variasi ongol-ongol untuk menarik minat pasar yang lebih luas.
Misalnya, ada yang menambahkan berbagai bahan seperti cokelat atau susu ke dalam adonan ongol-ongol, memberikan rasa baru yang lebih kekinian namun tetap mempertahankan cita rasa tradisionalnya.
Beberapa toko kue atau jajanan modern juga mulai menjual ongol-ongol dalam bentuk kemasan yang lebih praktis dan modern.
Hal ini membuat camilan tradisional ini semakin mudah ditemukan dan dinikmati oleh generasi muda yang mungkin belum terlalu akrab dengan makanan khas daerah.
Ongol-ongol kini tidak hanya dinikmati di Jawa, tetapi juga dapat ditemukan di berbagai tempat di Indonesia.
Terdapat beberapa alasan mengapa ongol-ongol tetap digemari meskipun berbagai camilan modern hadir di pasaran. Pertama, ongol-ongol memiliki rasa yang sederhana namun nikmat.
Kombinasi antara manisnya gula merah dan gurihnya kelapa parut menciptakan rasa yang sulit ditandingi oleh camilan lain.
Kedua, tekstur kenyalnya memberikan sensasi yang menyenangkan saat dimakan.
Ketiga, ongol-ongol mudah dibuat dengan bahan-bahan yang terjangkau, menjadikannya pilihan yang ekonomis bagi banyak orang.
Selain itu, karena ongol-ongol merupakan bagian dari tradisi kuliner Indonesia, banyak orang yang merasa sentimental saat menikmati camilan ini.
Ongol-ongol bisa membawa kenangan masa kecil atau kenangan saat berkumpul dengan keluarga dan teman-teman dalam acara tradisional.
Ongol-ongol adalah camilan yang sederhana, namun memiliki cita rasa yang luar biasa.
Makanan ini bukan hanya sekadar pengisi perut, tetapi juga memiliki makna budaya dan sejarah yang mendalam dalam masyarakat Indonesia.