7. Aspirasi Sejak Reformasi dan Harapan Generasi Muda
Gagasan pemekaran Lore sebenarnya telah muncul sejak awal era reformasi.
Namun baru beberapa tahun belakangan ini semangatnya kembali membara, terutama didorong oleh generasi muda Lore yang sadar akan pentingnya kemandirian daerah.
Generasi milenial dan Gen Z Lore mulai bergerak di media sosial, mengkampanyekan pentingnya DOB Tampolore dengan narasi yang lebih modern, menyentuh isu pembangunan berkelanjutan, pelestarian budaya, dan partisipasi masyarakat dalam demokrasi lokal.
8. Perjuangan di Tengah Moratorium DOB
Seperti daerah-daerah lain yang memperjuangkan pemekaran, Tampolore juga menghadapi tantangan besar berupa moratorium pembentukan DOB yang masih diberlakukan oleh pemerintah pusat.
Namun, masyarakat Lore tidak patah semangat. Mereka terus melakukan pendekatan persuasif kepada DPR RI, DPD, dan Kementerian Dalam Negeri.
Selain itu, mereka juga mendorong agar wilayah Lore dijadikan prioritas strategis nasional mengingat pentingnya pelestarian situs megalitikum dan ekosistem Taman Nasional Lore Lindu yang kini juga masuk dalam program UNESCO Global Geopark.
9. Membangun Kabupaten Tampolore sebagai Sentra Budaya dan Ekowisata Sulawesi Tengah
Jika terbentuk, Kabupaten Tampolore diyakini akan menjadi kabupaten dengan nilai tambah pariwisata dan budaya tertinggi di Sulawesi Tengah.
Dengan tata kelola yang baik, daerah ini bisa menjadi:
Sentra kebudayaan megalitikum terbesar di Indonesia
Kawasan ekowisata terintegrasi berbasis taman nasional
Lumbung pertanian organik dan kehutanan berkelanjutan
Model otonomi daerah berbasis pelestarian budaya
Pemerintah daerah induk, dalam hal ini Kabupaten Poso, juga memberikan sinyal dukungan karena menyadari bahwa beban pengelolaan wilayah yang luas seperti Lore memerlukan struktur pemerintahan tersendiri.