Selain itu, kepiting soka juga menjadi komoditas ekspor yang menguntungkan, terutama ke negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, dan Tiongkok.
BACA JUGA:Pasta Penne Saus Tomat : Menu Sederhana yang Kian Diminati Pecinta Kuliner
BACA JUGA:Kue Bangkit : Warisan Rasa Tradisional yang Kembali Bangkit di Tengah Modernisasi
Harga kepiting soka yang cukup tinggi menjadikannya sumber pendapatan yang signifikan bagi nelayan di beberapa wilayah pesisir.
Pentingnya nilai ekonomi kepiting soka telah mendorong banyak pihak untuk mengembangkan teknik budidaya kepiting soka.
Di Indonesia, budidaya kepiting soka mulai dilakukan secara intensif untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Budidaya kepiting soka umumnya dilakukan di tambak-tambak yang sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti saluran air yang terkontrol dan sistem pemberian pakan yang optimal.
Selain untuk tujuan konsumsi, budidaya kepiting soka juga memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Keberadaan usaha budidaya ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan nelayan atau petani tambak.
Namun, untuk memastikan keberlanjutan usaha budidaya kepiting soka, dibutuhkan manajemen yang baik dan teknologi yang tepat guna.
Meskipun kepiting soka memiliki nilai ekonomis yang tinggi, keberadaannya di alam liar kini mulai terancam.
Salah satu ancaman utama bagi populasi kepiting soka adalah eksploitasi yang berlebihan.
Pemburuan kepiting soka untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi sering kali dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya alam.
Akibatnya, populasi kepiting soka di beberapa daerah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Selain itu, perubahan iklim juga turut memberikan dampak negatif terhadap kehidupan kepiting soka.
Kenaikan suhu air laut, serta kerusakan pada ekosistem mangrove, yang menjadi habitat utama kepiting soka, dapat menyebabkan kepiting soka kesulitan dalam mencari makanan dan tempat berlindung.