Menurut data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung, tren makanan tradisional dengan pendekatan baru seperti Seblak Cobek mengalami peningkatan penjualan sebesar 40% dalam dua tahun terakhir.
Hal ini juga didorong oleh peran media sosial sebagai alat promosi efektif dan murah.
“Konten viral seperti seblak cobek menunjukkan kekuatan ekonomi digital di kalangan UMKM. Ini harus terus didukung,” kata Rudi Hartanto, Kepala Bidang UMKM Bandung.
Saat ini, Seblak Cobek mulai merambah ke kota-kota lain seperti Jakarta, Bekasi, dan Surabaya, berkat para pengusaha muda yang melihat peluang bisnis.
Beberapa franchise telah bermunculan dengan sistem kemitraan, menawarkan paket usaha dengan modal mulai Rp10 juta.
Namun, Rani mengaku masih ingin mempertahankan kualitas alih-alih mempercepat ekspansi.
“Saya belum tertarik bikin franchise. Masih ingin jaga cita rasa dulu. Takutnya kalau massal malah kualitasnya turun,” jelasnya.
Dari makanan jalanan yang dulu dianggap "makanan anak kos", seblak kini naik kelas menjadi sajian favorit lintas generasi.
Inovasi seperti Seblak Cobek membuktikan bahwa kreativitas dalam mengolah warisan kuliner bisa menjadi kunci sukses dalam dunia usaha makanan.
Dengan rasa yang khas, tampilan unik, dan strategi promosi digital yang tepat, Seblak Cobek diperkirakan masih akan terus digemari dalam waktu yang lama.
Satu hal yang pasti: di balik pedasnya, ada peluang manis bagi para pelaku usaha.*