Baterai modular kecil yang ringan, mudah diisi dengan listrik rumah, dan murah penggantiannya.
Keputusan ini menitikberatkan pada total cost of ownership yang rendah, bukan performa tinggi.
Dengan carry-over part yang mencapai 60–70% dari komponen non-EV, plus pemasok lokal, harga ex-factory Shine EV bisa ditekan.
Bukan mustahil, harga on-the-road-nya akan mendekati motor bebek bensin entry-level, terutama jika ada insentif kendaraan listrik dari pemerintah.
Selain itu, ruang promosi terbuka lebar: Honda bisa menawarkan garansi baterai panjang atau bonus aksesori tanpa menaikkan harga pokok.
Meski hemat, ada risiko yang perlu diantisipasi:
Pengelolaan panas baterai di area mesin lama harus optimal.
Standar keselamatan EV tetap mengharuskan pengujian ketat.
Persepsi konsumen harus dijaga agar fitur sederhana tidak dianggap “murahan”.
Strategi efisiensi produksi berbasis komponen warisan Shine 100 adalah resep yang sangat masuk akal bagi Honda untuk masuk pasar motor listrik murah.
Dengan modal tooling yang sudah ada, pemasok yang mapan, dan desain yang familiar bagi teknisi, Shine EV bisa hadir cepat, murah, dan tetap andal.
Ini bukan sekadar proyek konversi mesin bensin ke listrik, melainkan upaya cermat memanfaatkan aset yang sudah terbukti sukses.
Bila strategi ini berjalan mulus, Honda Shine EV berpeluang menjadi motor listrik entry-level yang benar-benar kompetitif—baik di harga beli maupun ongkos pakai—sekaligus menjadi bukti bahwa inovasi tak selalu berarti harus mengorbankan keterjangkauan.