PALPOS.ID - Soto ayam, salah satu kuliner paling populer di Indonesia, kembali menjadi sorotan setelah berbagai daerah meluncurkan inovasi rasa dan penyajiannya.
Hidangan berkuah kuning ini tidak hanya hadir sebagai menu rumahan, tetapi juga terus menguatkan posisinya sebagai ikon kuliner nasional yang mampu bertahan di tengah maraknya tren makanan modern.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah festival kuliner di berbagai kota—mulai dari Surabaya, Yogyakarta, hingga Medan—menempatkan soto ayam sebagai menu utama.
Antusiasme masyarakat menunjukkan bahwa hidangan tradisional ini belum kehilangan pesonanya. Bahkan, sejumlah pedagang mengaku mengalami peningkatan penjualan hingga 20 persen sejak awal tahun.
BACA JUGA:Papeda, Kuliner Khas Papua yang Makin Mendunia Berkat Gerakan Pelestarian Budaya Kuliner Nusantara
BACA JUGA:Cireng Ayam Suwir Jadi Primadona Baru di Pasar Kuliner Jalanan
Soto ayam diyakini berkembang dari pengaruh Tiongkok, terutama dari hidangan caudo atau sup berisi daging yang dibawa para imigran.
Namun proses akulturasi budaya membuat soto bertransformasi menjadi hidangan khas Indonesia dengan bumbu rempah yang jauh lebih kaya.
Kunyit, jahe, sereh, bawang putih, dan bawang merah menjadi elemen utama yang memberikan aroma khas dan warna kuning cerah pada kuahnya.
Setiap daerah kemudian menciptakan versi soto ayamnya sendiri. Soto Lamongan terkenal dengan koya dan cita rasa gurihnya; Soto Kudus memiliki kuah bening serta ukuran mangkuk kecil; Soto Madura condong ke rasa yang lebih pedas dan rempah kuat; sementara Soto Betawi mengandalkan campuran santan atau susu untuk menghasilkan kuah yang lebih kental.
BACA JUGA:Tahu Mercon Kian Jadi Primadona Kuliner Pedas, Penjualan Meledak di Berbagai Daerah
BACA JUGA:Bakso Aci, Kudapan Khas Garut yang Kian Mendominasi Pasar Kuliner Nusantara
Keragaman tersebut memperlihatkan bagaimana soto ayam berkembang menjadi simbol identitas kuliner daerah.
Pemerhati kuliner lokal, R. Andhika Prasetyo, menyatakan bahwa soto ayam merupakan contoh sukses kuliner yang mampu beradaptasi.
“Setiap generasi seperti punya cara baru untuk menikmati soto, tetapi esensinya tidak berubah. Ini yang membuat soto ayam tidak lekang oleh waktu,” ujarnya dalam sebuah diskusi kuliner pekan lalu.