Pendapatan Retribusi Pasar Baru Baturaja Merosot
Beginila kondisi terbaru los dan kios di Pasar Baru Baturaja yang kini sepi ditinggal pedagang.--
Selebihnya, justru pedagang lebih banyak memilih berjualan di bawah, bahkan kebanyakan di pinggir jalan.
Padahal sesungguhnya, kondisi bagian atas bangunan pasar tersebut layak huni. “Mereka (pedagang,red) banyak yang ‘main’ di bawah,” sebutnya.
Inilah menurutnya yang bikin rugi pasar. Mengapa demikian? Karena pedagang yang ‘ngemper’ di jalan itu tidak memberi konstribusi ke Unit Pasar Baru sebagai pengelola. Imbasnya, tentu ke Kas Daerah.
Mereka, kata Andri, hanya dipungut biaya kebersihan sebesar Rp2 ribu per hari. Lain dari itu, pihaknya tak tahu nyetor kemana mereka (pedagang).
BACA JUGA:Ibukota Sumatera Barat Pertama Bukan Padang, Ini 6 Provinsi yang Pernah Memindahkan Ibukotanya
“Kalau mau hitung-hitungan, dengan biaya kebersihan Rp2 ribu per hari itu, jelas rugi kami ni,” ujarnya.
Kondisi macam itu, sambung Andri, tak hanya terjadi di Unit Pasar Baru saja. Unit-unit lain, seperti Unit Pasar Atas (pasar inpres), juga sama.
Sebetulnya menurut Andri, ada solusi jika ingin menyelamatkan Perumda Pasar dari kepailitan. Hanya saja, semua pihak terkait mesti duduk bersama.
“Ada berbagai opsi untuk menyelamatkan Perumda Pasar ini secara umum, seperti parkir di areal pasar, mungkin bisa diambil alih ke kami. Terus bongkar muat juga mungkin bisa diaktifkan lagi di areal pasar. Masalahnya sekarang, bongkar muat ini dilakukan di pasar ogan IV. Nah ini kita tidak tahu masuk kemana setorannya,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: