Melihat Kerajinan Tangan dari Rotan, Ternyata Masih Sulit Dipasarkan

Sugimin bersama putrinya sedang sibuk memotongi rotan untuk bahan membuat keranjang, Minggu (27/8/2023).-Foto: Ken-PALPOS.ID
Lama-kelamaan ia pun tahu cara membuat keranjang dan mulai menekuni kerajinan tangan satu ini.
Untuk mendapatkan rotan, ia harus menempuh perjalanan kaki sekitar satu jam menuju hutan Peraduan Tinggi, kawasan Desa Lubuk Gelanggang. Rotan yang didapatkan sekali pergi sekitar 40 batang.
Selanjutnya rotan yang sudah dibuang duri-durinya itu di bawa ke rumah dan dibilah (dipotong kecil-kecil) dengan panjang sekitar 1,2 meter. Lalu dijemur hingga tiga sampai lima hari tergantung cuaca atau hingga rotan berwarna kekuningan.
Setelah itu baru dianyam dibuat menjadi keranjang yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil kebun.
"Satu keranjang menghabiskan 66 bilah rotan. Selain itu bahan lain yang digunakan yakni akar-akar untuk pengikat, papan untuk alas, bambu dan beberapa paku," kata suami dari Kartiwi ini.
Satu buah keranjang mampu diselesaikannya dua hari tanpa ada bantuan dari orang lain atau karyawan. Setelah satu minggu keranjang yang dihasilkan sekitar enam buah dan langsung dipasarkan di sekitar desa hingga desa tetangga.
BACA JUGA:Diduga Lelang Proyek Dikondisikan, Kontraktor Ngadu ke Dewan
"Seminggu sekali dijual, jualnya jalan kaki keliling desa tetangga yakni Desa Batu Pance, Terusan Lama, Terusan Baru. Kalau ke pasar rugi ongkos karena jauh dan harus pakai kendaraan. Orang yang beli juga tidak tentu, kadang mereka menawar lagi dan kadang tidak semua barang habis terjual," bebernya.
Namun demikian, dengan hasil tersebut dirinya masih bisa menghidupi keluarganya.
Selain itu rotan yang masih muda atau umbut rotan bisa dijual untuk dijadikan sayur, lima umbut rotan dijual Rp2.500 bisa untuk tambahan.
Dirinya berharap kerajinan tangan seperti yang ditekuninya ini bisa dilakukan terus menerus dan diperhatikan pemerintah sehingga dirinya dan warga lainnya ada pekerjaan lain selain berkebun.
Sekarang ini dirinya masih kesulitan memasarkan keranjang tersebut.
"Menjualkannya ini yang sulit dan juga belum ada pengepulnya. Kalau ada pengepulnya enak, kami yang membuat keranjang nanti bisa langsung dijual atau dititipkan dulu ke pengepul," kata dia.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: