26 Atap Rumah Komunitas Penyapu Jalan Rusak Parah Diterjang Badai, Ini Kronologisnya

26 Atap Rumah Komunitas Penyapu Jalan Rusak Parah Diterjang Badai, Ini Kronologisnya

26 Atap Rumah Komunitas Penyapu Jalan Rusak Parah Diterjang Badai, Ini Kronologisnya-Foto: PRABU/PALPOS.ID-

PRABUMULIH, PALPOS.ID - Puluhan rumah di perumahan komunitas penyapu jalan di RT 03 RW 01 Kelurahan Anak Petai, Kecamatan Prabumulih Utara, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), mengalami kerusakan parah pada bagian atapnya. 

Pasalnya, atap rumah komunitas yang terbuat dari rangka baja tersebut porak poranda dan melayang hingga ratusan meter setelah diterjang hujan yang disertai angin kencang alias puting beliung

Peristiwa bencana alam tersebut terjadi Sabtu dini hari 2 Maret 2024 sekitar pukul 01.00 WIB, ketika hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah tersebut.

Menurut informasi yang berhasil dihimpun, rumah-rumah yang terkena dampak puting beliung berjumlah 26 unit.

BACA JUGA:Sambangi Korban Kebakaran, PJ Wako Prabumulih Beri Dukungan Moril dan Serahkan Bantuan Materil

BACA JUGA:Komitmen Dukung Perkembangan Media, Pertamina EP Zona 4 Gelar Edukasi Media

Dari jumlah tersebut, 5 rumah mengalami kerusakan ringan, sementara 21 rumah lainnya mengalami kerusakan berat. 

Meskipun demikian, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Namun, sejumlah warga dilaporkan mengalami trauma dan terpaksa mengungsi.

Ketua RT 03 RW 01 Kelurahan Anak Petai, Mardiah, menjelaskan bahwa bencana angin puting beliung bermula ketika hujan deras melanda daerah tersebut. 

Suara petir yang menggelegar disusul dengan angin kencang yang berputar menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada sebagian besar rumah di perumahan komunitas tersebut.

BACA JUGA:Sambangi Penderita Stunting, Pj Wako Prabumulih Beri Edukasi Kesehatan

BACA JUGA:Kisah Sukses KWT Kemuning Hadapi Harga Bahan Pokok dan Peran Pertamina EP Zona 4

"Saat itu suara petir sangat keras, tiba-tiba lampu mati dan suara angin kencang langsung terdengar dengan suara seng berterbangan," ujar Mardiah, menggambarkan kejadian mencekam yang dialami oleh warga setempat. 

Dia menambahkan bahwa tak seorang pun dari warga berani keluar rumah selama kejadian berlangsung. Mereka baru berani keluar setelah situasi agak reda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: