Komeng Si Komika Fenomenal Meluncur ke Dunia Politik dan Raih Suara Terbanyak Kalahkan Ganjar-Mahfud

Komeng Si Komika Fenomenal Meluncur ke Dunia Politik dan Raih Suara Terbanyak Kalahkan Ganjar-Mahfud

Komeng Si Komika Fenomenal Meluncur ke Dunia Politik dan Raih Suara Terbanyak Kalahkan Ganjar-Mahfud.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

BACA JUGA:Kabupaten Lahat: Potret Menuju Masa Depan Sebagai Ibukota Provinsi Palapa Selatan di Sumatera Selatan

BACA JUGA:PKS Sumsel Raih 46 Kursi dalam Pemilu Legislatif 2024: Prestasi dan Harapan di Balik Angka  

Ia lebih memilih untuk tetap berada di jalur yang ia kenal, yakni dengan tetap mempertahankan gaya khasnya yang santai dan menghibur.

Dalam hal pengeluaran, Komeng juga terlihat sangat efisien. Dengan hanya menghabiskan dana sebesar Rp 24,5 juta, ia berhasil memperoleh suara terbanyak di Jawa Barat, bahkan melampaui calon-calon lain yang menghabiskan dana jauh lebih besar.

Hal ini membuka mata banyak pihak akan potensi politik di luar jalur konvensional. Keberhasilan Komeng menunjukkan bahwa di tengah kejenuhan masyarakat akan politik yang monoton dan serius, kehadiran sosok yang menghadirkan humor dan kesederhanaan dapat menjadi pilihan yang menarik.

Potret Politik Lokal: Taj Yasin dan Casytha A Kathmandu

Di samping prestasi Komeng, terdapat pula nama-nama lain yang patut diperhitungkan dalam Pemilu 2024. 

Salah satunya adalah Taj Yasin, putra dari almarhum ulama NU KH Maimoen Zubair atau lebih dikenal sebagai Mbah Moen.

Dengan berhasil meraih peringkat kedua sebagai calon anggota DPD terbanyak di Jawa Tengah, Taj Yasin menunjukkan bahwa nama besar keluarga dan jejak politik ayahnya memberikan dampak yang signifikan dalam perebutan suara.

Demikian juga dengan Casytha A Kathmandu, seorang senator pejawat dari Jawa Tengah. 

Sebagai anak dari Ketua Bappilu PDIP, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, Kathmandu berhasil membuktikan bahwa kedudukan keluarga dan jaringan politik dapat menjadi modal kuat dalam mengarungi dunia politik Indonesia.

Prestasi keduanya menunjukkan bahwa politik di Indonesia tidak hanya ditentukan oleh popularitas nasional, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh dinamika politik lokal dan jaringan personal. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: