Diduga Frustasi Elektoral Tak Naik-naik, Tim Matahati Rilis Survei Abal-Abal untuk Pilgub Sumsel 2024

Diduga Frustasi Elektoral Tak Naik-naik, Tim Matahati Rilis Survei Abal-Abal untuk Pilgub Sumsel 2024

Diduga Frustasi Elektoral Tak Naik-naik, Tim Matahati Rilis Survei Abal-Abal untuk Pilgub Sumsel 2024.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

PALEMBANG, PALPOS.ID - Diduga Frustasi Elektoral Tak Naik-naik, Tim Matahati Rilis Survei Abal-Abal untuk Pilgub Sumsel 2024.

Pilgub Sumatera Selatan 2024 semakin memanas menjelang hari pencoblosan pada 27 November mendatang. 

Namun, dinamika politik justru diwarnai dengan isu tak sedap terkait rilis survei internal yang dinilai tidak kredibel.

Hasil survei tiga lembaga terpercaya, yakni Cyrus Network, LSI, dan Litbang Kompas, yang diumumkan baru-baru ini menunjukkan keunggulan pasangan nomor urut 1, Herman Deru - Cik Ujang (HDCU). 

BACA JUGA:Pilkada Sumsel 2024: HDCU Dominasi Survei, Persaingan Memanas hingga Pecahnya Koalisi Besar

BACA JUGA:Pilgub Sumsel 2024: Ratusan Warga Plaju Darat Kota Palembang Antusias Senam Sehat dan Betemu Samo HDCU

Elektabilitas pasangan ini berada di angka fantastis, yakni antara 49% hingga 64%. 

Sementara itu, pasangan nomor urut 2, Eddy Santana Putra - Rizky Aprilia (Era Baru), hanya mencapai 10%, dan pasangan nomor urut 3, Mawardi Yahya - Anita Noeringhati (Matahati), berada di kisaran 18% hingga 21%.

Dengan waktu kurang dari 10 hari menuju hari pencoblosan, peluang mengejar ketertinggalan dari HDCU dinilai sangat kecil.

Namun, situasi ini justru memunculkan kontroversi. Tim pemenangan Matahati tiba-tiba merilis hasil survei internal yang mengklaim pasangan ini unggul dengan elektabilitas 46%.

BACA JUGA:Pilgub Sumsel 2024: Lima Faktor Keunggulan HDCU dari Paslon Lain, 98 Persen Masyarakat Kenal Herman Deru

BACA JUGA:Tim Hukum HDCU Laporkan Dugaan Keterlibatan ASN Samsat Ogan Ilir dalam Kampanye Pilgub Sumsel

Survei Abal-Abal yang Menuai Kritik

Sayangnya, survei internal tersebut dirilis tanpa menyebutkan nama lembaga yang melakukan pengumpulan data, menimbulkan dugaan adanya manipulasi. 

Adriansyah Chaniago, seorang pengamat politik sekaligus ahli statistik, menyebut survei tersebut sebagai upaya "kebohongan publik yang tidak bertanggung jawab".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: