Kekerasan terhadap Jurnalis di Stasiun Tawang: PFI dan AJI Semarang Serukan Keadilan dan Perlindungan Kebebasa

Kekerasan terhadap Jurnalis di Stasiun Tawang: PFI dan AJI Semarang Serukan Keadilan dan Perlindungan Kebebasa

Kekerasan terhadap Jurnalis di Stasiun Tawang: PFI dan AJI Semarang Serukan Keadilan dan Perlindungan Kebebasan Pers. -Foto:tangkapan layar PFI Semarang-

Namun, tindakan profesional dan penuh itikad baik tersebut justru dibalas dengan kekerasan.

Ajudan Kapolri yang sama mendekati Makna dan tanpa alasan yang jelas memukul bagian kepala jurnalis tersebut.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Sumatera Selatan: Mengupas Tuntas Fakta-Fakta Menarik Calon Provinsi Sumsel Barat

BACA JUGA:Kembali Beraksi, Residivis Pencuri Kepergok Pemilik Rumah: Nyaris Jadi Bulan-Bulanan Massa

Tak berhenti di situ, sang ajudan juga terdengar melontarkan ancaman verbal dengan nada tinggi kepada para jurnalis lain di lokasi: “Kalian pers, saya tempeleng satu-satu.”

Kalimat yang tak hanya kasar, tetapi juga mencerminkan ancaman nyata terhadap kebebasan pers.

Jurnalis Lain Alami Intimidasi: Dorongan, Cekikan, dan Teror Psikologis

Kekerasan terhadap Makna hanyalah puncak gunung es. Beberapa jurnalis yang hadir mengaku mengalami perlakuan serupa, mulai dari dorongan fisik, intimidasi verbal, hingga ancaman langsung.

Salah satu jurnalis bahkan menyatakan sempat dicekik dalam upaya paksa menjauhkannya dari area peliputan.

Tindakan seperti ini bukan hanya tidak dapat dibenarkan secara moral, tetapi juga melanggar hukum.

Kekerasan fisik dan ancaman kepada jurnalis jelas merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, khususnya Pasal 18 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap tindakan yang menghambat atau menghalangi kerja jurnalistik merupakan tindak pidana.

Trauma dan Luka Batin di Balik Lensa Kamera

Lebih dari sekadar kekerasan fisik, kejadian ini meninggalkan trauma psikologis yang mendalam bagi para jurnalis yang menjadi saksi maupun korban.

Makna Zaezar, yang dikenal luas sebagai pewarta foto profesional dan penuh dedikasi, menyatakan rasa syok dan kecewa mendalam atas insiden yang dialaminya.

"Ini bukan hanya tentang saya dipukul. Ini tentang bagaimana negara memperlakukan profesi kami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: