Perkedel Kentang : Cita Rasa Nusantara yang Tak Lekang oleh Waktu

Setiap gigitan perkedel kentang selalu bikin ingat rumah... dan tangan ibu yang sabar ngupas kentang satu-satu.-Fhoto: Istimewa-
Karena itu, beberapa koki menyarankan untuk menambahkan telur atau tepung sebagai bahan pengikat.
Teknik menghaluskan kentang pun berpengaruh: apakah ingin dihaluskan sempurna seperti puree, atau disisakan sedikit tekstur agar lebih rustic.
Perkedel kentang bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol kebersamaan, sering hadir dalam acara keluarga, syukuran, hingga tasyakuran.
Banyak orang yang mengenang masa kecilnya lewat rasa perkedel buatan ibu atau nenek.
Bahkan, dalam budaya Betawi dan Jawa, perkedel menjadi salah satu menu wajib dalam kenduri atau selamatan.
Sosiolog makanan dari Universitas Indonesia, Dr. Nina Puspitasari, menjelaskan bahwa makanan seperti perkedel memiliki nilai budaya yang tinggi.
“Perkedel adalah contoh makanan yang tidak hanya memuaskan perut, tapi juga menyatukan memori kolektif. Ia menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia,” kata Nina.
Dalam era globalisasi, menjaga eksistensi kuliner lokal seperti perkedel kentang menjadi penting.
Pemerhati kuliner dan influencer makanan lokal pun mulai gencar mempromosikan masakan rumahan melalui media sosial.
Banyak dari mereka yang berbagi resep perkedel dengan berbagai inovasi, termasuk versi sehat tanpa digoreng atau menggunakan bahan organik.
Dengan semua kelebihan itu, tak heran jika perkedel kentang terus bertahan sebagai salah satu makanan favorit masyarakat.
Ia menjadi bukti bahwa kesederhanaan rasa bisa mengalahkan segala macam tren kuliner.
Kalau kamu mau versi berita ini dipakai untuk media tertentu (misalnya portal berita kuliner, majalah, atau blog pribadi), aku bisa bantu ubah gaya penulisannya juga. Mau?*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: