Tradisi Nasi Tumpeng: Simbol Syukur yang Tetap Hidup di Tengah Modernisasi

Tradisi Nasi Tumpeng: Simbol Syukur yang Tetap Hidup di Tengah Modernisasi

Nasi tumpeng bukan cuma soal rasa tapi juga simbol doa, syukur, dan harapan.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.IDNasi tumpeng, sajian khas Indonesia berbentuk kerucut dengan aneka lauk pauk di sekitarnya, masih menjadi simbol penting dalam berbagai perayaan dan upacara adat.

Meski zaman telah berubah dan masyarakat semakin modern, tradisi menyajikan nasi tumpeng tetap hidup dan bahkan mengalami transformasi dalam berbagai bentuk.

Tumpeng bukan sekadar makanan. Ia adalah representasi dari filosofi kehidupan masyarakat Jawa dan Indonesia pada umumnya.

Bentuknya yang mengerucut melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan lauk-pauk yang mengelilinginya mencerminkan keragaman kehidupan, harapan, dan rasa syukur atas limpahan rezeki.

BACA JUGA:Es Selendang Mayang, Minuman Tradisional Betawi yang Kembali Naik Daun di Tengah Gempuran Minuman Modern

BACA JUGA:Bika Ambon : Kue Tradisional Khas Medan yang Melegenda di Seluruh Nusantara

Dalam sebuah acara peringatan Hari Kartini di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur, warga bergotong-royong membuat tumpeng raksasa sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai perjuangan dan kebersamaan.

Tumpeng setinggi hampir satu meter itu menjadi pusat perhatian dan disambut antusias oleh warga setempat.

"Setiap tahun kami memang membuat tumpeng bersama-sama. Ini bukan hanya soal makanan, tapi juga menyatukan warga, mengenang budaya, dan membangun rasa kekeluargaan," ujar Ibu Siti Nurjanah, ketua panitia acara tersebut.

Nasi tumpeng biasanya dibuat dari nasi kuning yang dimasak dengan santan dan kunyit, namun ada juga varian nasi putih, nasi uduk, bahkan nasi merah sesuai dengan selera dan tujuan acara.

BACA JUGA:Pepes Belut Bumbu Woku, Inovasi Kuliner Nusantara yang Mencuri Perhatian Pecinta Makanan Pedas

BACA JUGA:Bubur Kacang Ijo : Sajian Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

Lauk pauknya pun beragam, dari ayam ingkung, telur pindang, tempe orek, urap sayur, sambal goreng kentang, hingga perkedel.

Dalam tradisi Jawa, tumpeng juga memiliki filosofi mendalam yang disebut sebagai "Tumpeng Pitulungan" (pertolongan), "Tumpeng Slametan" (keselamatan), atau "Tumpeng Robyong" (untuk memohon kesuburan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: