Sayur Nangka, Kuliner Tradisional yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

Sayur Nangka, Kuliner Tradisional yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

Dari gudeg manis khas Jogja, gulai cubadak pedas dari Minang, hingga jukut nangka Bali yang kaya rempah—semuanya jadi bukti kekayaan kuliner Nusantara.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID — Di tengah maraknya kuliner kekinian yang menjamur di berbagai kota besar di Indonesia, sayur nangka tetap mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu masakan tradisional yang dicintai masyarakat.

Makanan khas berbahan dasar nangka muda ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menjadi simbol kekayaan budaya kuliner Nusantara.

Sayur nangka, atau dikenal pula sebagai gudeg di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, merupakan hidangan yang telah ada sejak ratusan tahun lalu.

Masakan ini berbahan dasar nangka muda yang dimasak dalam waktu lama bersama santan, gula merah, daun salam, lengkuas, dan aneka bumbu tradisional lainnya.

BACA JUGA:Asinan: Kuliner Segar yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Laksa, Kuliner Nusantara yang Kaya Rasa dan Sejarah

Rasa manis gurih yang khas membuat sayur nangka menjadi favorit lintas generasi.

“Saya sudah memasak sayur nangka sejak umur 15 tahun,” ujar Bu Suminah (62), pedagang gudeg legendaris di kawasan Wijilan, Yogyakarta.

“Resepnya turun temurun dari ibu saya. Sampai sekarang, pelanggan saya datang dari berbagai daerah, bahkan luar negeri.”

Tidak hanya populer di Yogyakarta, varian sayur nangka juga bisa ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

BACA JUGA:Nagasari : Kue Tradisional Warisan Leluhur yang Tetap Eksis di Tengah Modernisasi Kuliner

BACA JUGA:Urap Sayuran : Warisan Kuliner Nusantara yang Tetap Relevan di Zaman Modern

Di Sumatera Barat, misalnya, dikenal dengan nama gulai cubadak, yaitu nangka muda yang dimasak dengan bumbu gulai khas Minang.

Di Bali, ada jukut nangka mesanten yang dimasak dengan bumbu base genep dan santan encer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: