Putu Piring, Jajanan Tradisional yang Bertahan di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Putu Piring, Jajanan Tradisional yang Bertahan di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Putu piring bukan cuma camilan, tapi sepenggal cerita masa kecil yang kembali hadir di tengah kota.-Fhoto: Istimewa-

Karena itu, pelestarian kuliner ini menjadi tanggung jawab bersama—baik dari masyarakat, pelaku usaha, maupun pemerintah.

Beberapa komunitas kuliner dan penggiat budaya bahkan mulai mengadakan festival jajanan tradisional dan lokakarya membuat putu piring sebagai bentuk edukasi generasi muda.

Sekolah-sekolah dan sanggar seni juga mulai mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga warisan kuliner.

“Kalau kita tidak kenalkan dari sekarang, bisa-bisa 10 tahun lagi anak-anak kita hanya kenal croffle dan bubble tea,” ujar Dian Kusuma, ketua komunitas Kuliner Kita, yang aktif mempromosikan makanan tradisional di media sosial.

Di tengah derasnya modernisasi, putu piring hadir sebagai simbol perlawanan kecil dari budaya kuliner tradisional.

Keharuman pandan, manisnya gula merah, dan gurihnya kelapa parut bukan sekadar perpaduan rasa, tapi juga jejak sejarah dan warisan leluhur.

Sudah saatnya kita, sebagai generasi penerus, tidak hanya menjadi penikmat tapi juga penjaga cita rasa bangsa.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: