Mie Ayam : Hidangan Rakyat yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

Semangkuk mie ayam, sejuta kenangan. Dari gang kecil sampai restoran hits, rasanya tetap juara.-Fhoto: Istimewa-
Meski secara umum terdiri dari mie yang direbus, diberi topping ayam berbumbu, daun sawi, dan taburan bawang goreng, mie ayam memiliki beragam variasi di berbagai daerah.
Di Solo, misalnya, mie ayam cenderung manis karena menggunakan kecap dalam bumbu ayamnya.
BACA JUGA:Tahu Gejrot : Kuliner Tradisional Cirebon yang Terus Menggoda Lidah Penikmat Nusantara
BACA JUGA:Kuliner Aunu Senebre : Kekayaan Rasa dari Tanah Sulawesi Selatan
Sementara di Jakarta, rasa gurih lebih dominan, dengan tambahan bakso atau pangsit.
Tak hanya itu, saat ini banyak inovasi mie ayam kekinian yang menggabungkan bahan-bahan modern seperti keju, sambal matah, bahkan topping telur asin.
Beberapa penjual juga mulai menggunakan mie homemade tanpa pengawet, atau mengganti mie biasa dengan mie shirataki untuk memenuhi kebutuhan pasar sehat.
Pak Joko (49), penjual mie ayam keliling di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, sudah berjualan sejak tahun 2003.
Setiap hari ia mendorong gerobaknya sejauh lima kilometer, melayani pelanggan setianya dari pagi hingga sore hari.
“Saya mulai dari bawah. Dulu cuma dapat 5-10 mangkuk sehari.
Sekarang alhamdulillah bisa sampai 80 mangkuk,” kata Pak Joko sambil meracik satu porsi mie ayam
Ia menjual satu porsi mie ayam dengan harga Rp15.000, lengkap dengan kuah kaldu dan sambal buatan sendiri.
Menurutnya, kunci dari mie ayam yang enak adalah kaldu yang direbus lama dan topping ayam yang dimasak dengan bumbu rempah lengkap.
"Saya pakai tulang ayam untuk kaldunya, direbus 4 jam lebih. Baru rasanya keluar," tambahnya.
Di balik semangkuk mie ayam, tersimpan cerita perjuangan dan keberlangsungan ekonomi rakyat kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: