Dadar Gulung : Kelezatan Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

Dadar Gulung : Kelezatan Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

Dadar gulung, si manis berbalut hijau yang tak lekang oleh waktu. -Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID – Di tengah gempuran berbagai kuliner modern yang terus bermunculan, kue tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.

Salah satu di antaranya adalah dadar gulung, kudapan manis berwarna hijau dengan isian kelapa parut dan gula merah yang telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner Nusantara sejak lama.

 

Dadar gulung dikenal sebagai salah satu jajanan pasar yang populer dan digemari berbagai kalangan.

Teksturnya yang lembut berpadu dengan rasa manis gurih dari unti kelapa menjadikan kue ini bukan hanya lezat, tapi juga membawa kenangan masa kecil bagi banyak orang.

 

BACA JUGA:Panada : Kuliner Khas Manado Yang Semakin Di Gemari Di Seluruh Nusantara

BACA JUGA:Kue Lumpur : Kelezatan Tradisional yang Tetap Relevan di Tengah Modernitas

Dadar gulung diperkirakan berasal dari Jawa, meskipun variasinya dapat ditemukan hampir di seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga Malaysia dan Singapura.

Nama "dadar" merujuk pada adonan tipis mirip panekuk yang digulung, sementara "gulung" merujuk pada cara penyajiannya yang khas: digulung rapi dengan isian manis di tengah.

 

Isian dadar gulung biasanya terdiri dari kelapa parut yang dimasak bersama gula merah dan daun pandan, menghasilkan aroma harum yang khas.

Sedangkan kulit dadarnya dibuat dari campuran tepung terigu, telur, santan, dan pewarna alami daun pandan atau daun suji yang memberi warna hijau segar.

BACA JUGA:Kue Sus Buah, Inovasi Segar yang Kian Digemari Pecinta Kuliner Tanah Air

BACA JUGA:Kue Pancong : Cita Rasa Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

 

"Dadar gulung ini sebenarnya punya filosofi.

Gulungan itu seperti membungkus kenangan, tradisi, dan rasa yang diwariskan turun-temurun," ujar Dwi Lestari, seorang pelaku usaha kuliner tradisional di Yogyakarta, yang telah memproduksi dadar gulung sejak 2003.

 

Kendati kini banyak kudapan kekinian seperti croffle, mochi modern, hingga dessert box menjamur di media sosial, dadar gulung tetap menjadi primadona di banyak acara, terutama hajatan, arisan, hingga sajian di hotel-hotel berbintang.

Rasanya yang otentik dan bahan-bahannya yang mudah didapat membuat kue ini terus diproduksi secara massal maupun rumahan.

BACA JUGA:Kue Mendut : Kelezatan Tradisional yang Terus Dijaga di Tengah Arus Modernisasi

BACA JUGA:Lepet : Pangan Tradisional Nusantara Yang Mulai Kembali Dilirik Generasi Muda

 

Di Pasar Senen, Jakarta Pusat, setiap pagi tampak deretan ibu-ibu dan pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan pasar, salah satunya dadar gulung.

"Biasanya habis dalam dua jam. Orang-orang suka karena rasanya ringan dan tidak bikin enek," kata Mbok Sri, salah satu pedagang yang sudah berjualan sejak 20 tahun lalu.

 

Tak hanya di pasar tradisional, banyak toko kue modern dan kedai kopi kini juga memasukkan dadar gulung dalam menu mereka.

Inovasi pun mulai bermunculan: dadar gulung isi cokelat, keju, bahkan durian, meskipun tetap mempertahankan bentuk dan cita rasa dasarnya.

 

Dadar gulung bukan sekadar makanan ringan; ia juga merepresentasikan nilai-nilai budaya lokal.

Dalam berbagai upacara adat Jawa atau Bali, kue ini sering disajikan sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan.

Bagi masyarakat yang tinggal di perantauan, dadar gulung kerap menjadi penawar rindu akan kampung halaman.

 

Di sisi lain, kue ini juga memberi kontribusi terhadap ekonomi lokal, terutama bagi pelaku UMKM.

Banyak ibu rumah tangga dan pengusaha kecil yang menggantungkan penghasilan mereka dari produksi jajanan pasar ini.

 

"Setiap hari kami bisa produksi hingga 300 buah dadar gulung untuk dipasok ke beberapa toko dan katering.

Keuntungannya lumayan, apalagi kalau ada pesanan untuk acara besar," ujar Rahmawati, pemilik usaha kue rumahan di Bandung.

 

Meskipun masih digemari, kekhawatiran terhadap punahnya kue-kue tradisional seperti dadar gulung tetap ada.

Untuk itu, berbagai komunitas kuliner dan lembaga pendidikan mulai gencar mengadakan pelatihan membuat jajanan pasar kepada generasi muda.

 

Di media sosial, banyak kreator konten kuliner yang mulai mengangkat kembali kue-kue tradisional dengan kemasan menarik dan pendekatan modern.

Bahkan, beberapa chef ternama turut menyajikan versi modern dadar gulung dalam plating elegan di restoran fine dining.

 

"Menurut saya, tantangan kita sekarang bukan sekadar mempertahankan rasa, tapi bagaimana membungkusnya agar tetap relevan dengan zaman," ungkap Chef Aris Pradipta, salah satu finalis MasterChef Indonesia, yang pernah menyajikan dadar gulung espuma dalam salah satu kompetisi.

 

 

 

Dadar gulung adalah bukti bahwa kue tradisional Indonesia memiliki daya tarik yang tak kalah dengan kudapan modern.

Dengan cita rasa autentik, nilai budaya yang dalam, dan potensi ekonomi yang besar, dadar gulung patut dilestarikan dan dikembangkan.

Di tangan generasi muda yang kreatif, bukan tidak mungkin dadar gulung akan terus bergulir melintasi zaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: