Mochi Daifuku, Camilan Tradisional Jepang yang Kian Populer di Indonesia

Lembut, manis, dan penuh kejutan di dalamnya.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Popularitas camilan khas Jepang, Mochi Daifuku, semakin melejit di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Tak hanya ditemukan di restoran Jepang atau toko oleh-oleh, kini mochi daifuku sudah banyak dijual di gerai-gerai makanan lokal, kafe, hingga platform e-commerce.
Kehadirannya yang manis, lembut, dan beragam rasa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen Tanah Air.
Mochi daifuku adalah salah satu jenis wagashi, atau kue tradisional Jepang, yang terbuat dari tepung ketan (mochiko) yang ditumbuk hingga menjadi adonan lembut dan kenyal.
BACA JUGA:Dango : Kuliner Tradisional Jepang yang Manis dan Menggoda Selera
BACA JUGA:Nikmatnya Mango Sticky Rice : Hidangan Tradisional Thailand yang Mendunia
Bagian tengahnya diisi dengan berbagai varian isian, mulai dari pasta kacang merah (anko), krim, buah-buahan segar, hingga varian modern seperti cokelat, matcha, keju, dan tiramisu.
Secara historis, mochi sendiri sudah ada sejak zaman kuno di Jepang.
Mochi awalnya digunakan sebagai persembahan dalam upacara keagamaan Shinto.
Namun, mochi daifuku mulai dikenal secara luas pada abad ke-18, pada masa Edo.
BACA JUGA:Inovasi Kuliner dari UMKM Lokal: Nugget Pisang Jadi Primadona Baru di Pasar Camilan
BACA JUGA:Roti Goreng Madu : Inovasi Camilan Tradisional yang Kembali Viral
Kata “daifuku” berarti “keberuntungan besar”, sehingga makanan ini juga dipercaya membawa keberkahan.
Mochi daifuku secara tradisional hanya memiliki satu jenis isian, yaitu anko.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya kreativitas kuliner, varian daifuku kini jauh lebih beragam.
Di Indonesia, mochi sebenarnya sudah lama dikenal, terutama di daerah Sukabumi, Jawa Barat, yang memiliki tradisi membuat mochi khas dengan isian kacang tanah.
BACA JUGA:Fenomena Roti Goreng Isi Keju : Camilan Kekinian yang Bikin Ketagihan
BACA JUGA:Chicken Egg Roll, Camilan Lezat dan Praktis yang Kian Digemari Masyarakat
Namun, mochi daifuku ala Jepang mulai populer dalam satu dekade terakhir, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap budaya Jepang, seperti anime, dorama, dan kuliner Jepang.
Menurut data dari salah satu platform pemesanan makanan daring, penjualan mochi daifuku meningkat hingga 45% sepanjang tahun 2024, dengan puncak permintaan terjadi saat momen Lebaran dan Natal.
“Saat ini mochi daifuku bukan lagi sekadar camilan khas Jepang, tapi sudah menjadi bagian dari tren kuliner kekinian di Indonesia.
Kami bahkan menjual lebih banyak mochi dibanding beberapa jenis dessert lokal,” ungkap Andini Rahma, pemilik toko kue Sakura Treats di Jakarta Selatan.
Toko-toko lokal pun mulai membuat versi mereka sendiri dengan cita rasa lokal, seperti mochi daifuku isi durian, kopi susu, dan klepon.
Hal ini menjadikan mochi semakin relevan di lidah masyarakat Indonesia.
Para pelaku usaha kuliner berlomba-lomba menciptakan varian baru mochi daifuku.
Salah satunya adalah mochi frozen, yaitu mochi dengan isian es krim yang disimpan dalam suhu beku.
Selain itu, kini hadir pula mochi daifuku mini dalam kemasan bento cantik yang cocok untuk hampers atau oleh-oleh.
“Kami mencoba menggabungkan konsep Japanese aesthetic dengan sentuhan lokal.
Contohnya, kami buat mochi daifuku rasa klepon dengan isian gula merah cair dan taburan kelapa parut.
Ternyata banyak yang suka,” kata Faisal, chef sekaligus pemilik Natsu Sweets di Bandung.
Mochi juga menjadi bintang di berbagai festival makanan dan bazar kuliner.
Di beberapa event, pengunjung bahkan bisa melihat langsung proses pembuatan mochi dengan cara tradisional, yaitu ditumbuk menggunakan palu kayu besar dalam wadah batu, yang disebut usu dan kine.
Tak hanya populer di dalam negeri, mochi daifuku buatan Indonesia juga mulai dilirik pasar luar negeri.
Beberapa pelaku UMKM sudah berhasil mengekspor mochi ke Singapura, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah.
Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa makanan ringan berbasis ketan seperti mochi memiliki peluang ekspor yang menjanjikan.
“Kami mendukung UMKM untuk meningkatkan kualitas produksi dan sertifikasi halal agar mochi buatan Indonesia bisa bersaing di pasar global,” ujar Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Budi Santoso.
Meski peluangnya besar, produsen mochi daifuku juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal daya tahan produk.
Karena tekstur mochi yang lembut dan tidak tahan lama, distribusi produk harus menggunakan pendingin atau pengemasan khusus.
“Salah satu tantangan utama adalah menjaga kesegaran dan kelembutan mochi saat sampai ke tangan konsumen. Apalagi jika dikirim ke luar kota atau luar negeri,” ujar Aditya, pemilik UMKM mochi rumahan di Yogyakarta.
Mochi daifuku telah berkembang dari camilan tradisional menjadi tren kuliner global yang digemari lintas generasi dan budaya.
Dengan kreativitas pelaku usaha lokal, dukungan teknologi distribusi, serta apresiasi masyarakat terhadap makanan berkualitas, mochi daifuku diperkirakan akan terus menjadi primadona di pasar camilan modern Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: