Kerak Telor : Warisan Kuliner Betawi yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi

Kerak telor bukan sekadar jajanan ini adalah warisan budaya Betawi yang masih bertahan di tengah modernisasi.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Di tengah gemerlapnya gedung pencakar langit dan gempuran makanan modern dari luar negeri, kerak telor tetap tegak berdiri sebagai ikon kuliner Betawi yang tak lekang oleh waktu.
Makanan khas ibu kota ini bukan sekadar sajian jalanan, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Betawi yang terus dijaga dan dilestarikan.
Kerak telor, dengan aroma sangit dari kelapa parut sangrai dan gurihnya ebi, masih bisa ditemukan di berbagai sudut kota, terutama saat digelarnya festival budaya atau acara-acara besar seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ).
Tak hanya warga lokal, para wisatawan dari luar kota bahkan mancanegara kerap penasaran mencicipi makanan yang satu ini.
BACA JUGA:Sayur Lodeh : Hidangan Tradisional yang Tetap Melekat di Hati Masyarakat Indonesia
BACA JUGA:Fenomena Bakso Goreng : Camilan Gurih yang Menggoda Selera
Kerak telor pertama kali dikenal pada masa kolonial Belanda. Makanan ini awalnya merupakan sajian masyarakat kelas menengah ke bawah di Batavia.
Namun karena rasanya yang khas dan unik, kerak telor cepat menarik perhatian warga dari berbagai kalangan, termasuk kalangan elit Belanda yang saat itu tinggal di Jakarta.
Konon, kerak telor mulai dikenal luas pada awal abad ke-20. Makanan ini dijajakan oleh para pedagang kaki lima di berbagai tempat keramaian.
Seiring berjalannya waktu, kerak telor menjelma menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner Betawi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: