Nasi Kebuli : Warisan Kuliner Timur Tengah yang Menggoda Lidah Masyarakat Indonesia

Nasi Kebuli : Warisan Kuliner Timur Tengah yang Menggoda Lidah Masyarakat Indonesia

Nasi Kebuli adalah warisan budaya yang menyatukan rasa, tradisi, dan kebersamaan.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Di tengah maraknya tren kuliner internasional yang membanjiri pasar makanan Indonesia, satu sajian khas Timur Tengah justru semakin mencuri perhatian masyarakat Nusantara: Nasi Kebuli.

Makanan yang dikenal dengan cita rasa rempah yang kuat dan aroma khas ini telah menjadi primadona di berbagai kota besar Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, dan Medan.

 

Nasi Kebuli adalah hidangan nasi berbumbu kaya yang dimasak dengan kaldu daging kambing, susu, dan campuran rempah-rempah seperti kapulaga, cengkeh, kayu manis, jintan, dan pala.

Makanan ini diyakini berasal dari budaya Arab, khususnya Yaman, namun berkembang pesat di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.

BACA JUGA:Ayam Geprek : Kuliner Pedas yang Menggugah Selera dan Mendunia

BACA JUGA:Telur Gulung : Camilan Tradisional yang Terus Mendapatkan Tempat di Hati Masyarakat

Di Indonesia, Nasi Kebuli mendapat sentuhan lokal dan sering disajikan sebagai bagian dari perayaan keagamaan, seperti Idul Fitri, Idul Adha, hingga acara keluarga besar.

 

Menurut sejarawan kuliner, kehadiran Nasi Kebuli di Indonesia erat kaitannya dengan masuknya pengaruh budaya Arab melalui para pedagang dan penyebar agama Islam pada abad ke-13.

Salah satu komunitas yang paling terkenal dalam melestarikan tradisi ini adalah keturunan Arab di daerah Pekojan, Jakarta Barat.

 

 

Belakangan ini, permintaan terhadap Nasi Kebuli meningkat tajam, baik di restoran maupun layanan katering. Bahkan, banyak UMKM yang menjadikan Nasi Kebuli sebagai produk andalan mereka.

BACA JUGA:Seblak, Kuliner Khas Bandung yang Kian Mendunia

BACA JUGA: Martabak Manis 8 Rasa : Inovasi Kuliner Unik Yang Jadi Primadona Pecinta Jajanan Malam

 

“Kami awalnya hanya menjual untuk lingkungan sekitar saat hari raya.

Tapi sekarang, pesanan datang setiap hari, terutama dari perkantoran dan pelanggan yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda,” ujar Fatimah, pemilik usaha Kebuli Dapur Mama di Depok.

 

Inovasi juga turut mendorong popularitas Nasi Kebuli. Jika dahulu Nasi Kebuli identik dengan daging kambing, kini banyak varian baru bermunculan, seperti Kebuli Ayam, Kebuli Sapi, bahkan Kebuli Ikan.

Hal ini membuka peluang lebih luas bagi masyarakat yang kurang menyukai daging kambing, namun tetap ingin menikmati kelezatan nasi berbumbu tersebut.

BACA JUGA:Shrimp Spring Roll : Camilan Lezat yang Mendunia dengan Cita Rasa Segar dan Gurih

BACA JUGA:Es Pisang Ijo : Ikon Kuliner Makassar yang Menyegarkan dan Menggugah Selera

 

 

Yang membuat Nasi Kebuli begitu unik adalah teknik memasaknya. Proses pembuatan Nasi Kebuli bisa memakan waktu hingga tiga jam.

Dimulai dari menumis bumbu halus, merebus daging dengan rempah-rempah hingga kaldu menyatu sempurna, lalu memasak beras dengan kaldu tersebut agar aroma dan rasa meresap secara merata.

 

“Memasak Nasi Kebuli tidak bisa terburu-buru. Harus sabar, karena setiap langkah itu penting.

Dari aroma saja, kita sudah tahu apakah nasinya berhasil atau tidak,” jelas Chef Hadi, juru masak restoran Timur Tengah ternama di Jakarta Selatan.

 

Lebih dari sekadar makanan, Nasi Kebuli juga menyimpan filosofi kebersamaan.

Dalam tradisi Arab, Nasi Kebuli sering disajikan dalam porsi besar di atas nampan untuk dinikmati bersama-sama.

Filosofi ini pun diwariskan dalam budaya Indonesia, terutama saat acara hajatan atau syukuran, di mana makanan ini menjadi simbol rezeki dan persaudaraan.

 

 

Meski popularitasnya meningkat, Nasi Kebuli masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dari sisi harga bahan baku.

Kenaikan harga daging kambing dan rempah-rempah impor membuat sebagian pelaku usaha harus menaikkan harga jual.

 

“Kalau bahan naik, otomatis kami harus menyesuaikan. Tapi kami tetap berusaha menjaga kualitas, karena itu yang membuat pelanggan kembali,” kata Rudi, pengelola katering Kebuli Express di Bekasi.

 

Namun, tantangan ini tidak menghalangi kreativitas pelaku usaha.

Banyak di antaranya mulai menggandeng petani lokal dan memanfaatkan rempah dalam negeri untuk menekan biaya produksi, sekaligus mendukung produk lokal.

 

Peluang ekspor juga mulai dilirik. Beberapa UMKM kuliner Indonesia mencoba memasarkan Nasi Kebuli beku (frozen food) ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, di mana komunitas Muslim cukup besar.

 

 

Dengan perpaduan rasa yang autentik, nilai budaya yang kental, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan selera lokal, Nasi Kebuli memiliki potensi besar untuk terus berkembang sebagai ikon kuliner Indonesia dengan cita rasa internasional.

 

Seiring berkembangnya dunia digital, banyak pula konten kreator kuliner yang memperkenalkan Nasi Kebuli melalui platform seperti YouTube dan TikTok.

Video resep, review makanan, dan mukbang Nasi Kebuli berhasil menarik ratusan ribu penonton, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z yang mulai menjelajahi dunia kuliner warisan budaya.

 

Melihat tren yang terus meningkat, tidak berlebihan jika Nasi Kebuli digadang-gadang sebagai salah satu “duta rasa” Indonesia di pentas kuliner dunia.

Tak hanya menggoda lidah, Nasi Kebuli membawa cerita, budaya, dan semangat kebersamaan yang begitu kaya dan layak untuk terus dijaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: