Rendang, Warisan Kuliner Minang yang Mendunia dan Tak Lekang oleh Waktu

Lebih dari sekadar makanan, rendang adalah warisan rasa dan cerita dari Minangkabau.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Rendang, masakan khas Minangkabau yang telah dikenal luas di seluruh dunia, kembali mencuri perhatian pecinta kuliner global setelah ditetapkan sebagai salah satu hidangan terenak di dunia oleh situs makanan internasional TasteAtlas, awal tahun ini.
Hidangan yang identik dengan rasa gurih dan rempah yang kuat ini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat, tapi juga telah menjadi bagian penting dari identitas kuliner Indonesia.
TasteAtlas menempatkan rendang di posisi ke-11 dalam daftar "100 Hidangan Terbaik Dunia" pada 2025, sebuah capaian yang terus memperkuat posisi rendang di mata dunia.
Rendang bahkan pernah dinobatkan sebagai makanan terenak nomor satu dunia oleh CNN Travel pada 2011 dan 2017.
BACA JUGA:Oseng Mercon : Sajian Pedas Meledak yang Bikin Ketagihan
BACA JUGA:Tomyam Udang, Hidangan Pedas Asam yang Kian Digemari Pecinta Kuliner Nusantara
Rendang bukan hanya sekadar makanan bagi masyarakat Minangkabau. Hidangan ini sarat dengan filosofi dan nilai-nilai budaya.
Menurut Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, rendang merupakan simbol dari musyawarah, kesabaran, dan penghormatan terhadap adat istiadat.
"Proses memasak rendang mencerminkan karakter orang Minang—sabar, tekun, dan penuh perhitungan.
Memasak rendang tidak bisa buru-buru. Butuh waktu berjam-jam agar bumbunya meresap sempurna dan daging menjadi empuk," ujar H. Zulfan Efendi, seorang pakar kuliner Minang dan pemilik rumah makan legendaris di Kota Padang.
BACA JUGA:Tomyam : Sup Pedas Asal Thailand yang Kian Populer di Indonesia
BACA JUGA:Chicken Wings : Camilan Favorit Dunia yang Terus Berevolusi
Rendang tradisional dimasak selama 4 hingga 6 jam, menggunakan santan kelapa dan campuran rempah-rempah seperti lengkuas, jahe, serai, cabai, bawang merah, dan bawang putih.
Selain daging sapi, variasi rendang juga bisa dibuat dari ayam, bebek, telur, hingga jengkol.
Popularitas rendang di luar negeri semakin meningkat, seiring dengan ekspansi restoran Padang di berbagai belahan dunia.
Di kota-kota besar seperti London, New York, Tokyo, dan Amsterdam, restoran Indonesia yang menyajikan rendang selalu menjadi magnet bagi para penikmat kuliner.
BACA JUGA:Ikan Baung Asam Padeh, Kuliner Tradisional yang Bangkitkan Selera Nusantara
BACA JUGA:Ramen : Mi Kuah Jepang Yang Mendunia, Dari Warung Kecil Hingga Restoran Bintang
"Rendang adalah menu wajib di restoran kami. Bahkan pelanggan dari luar Asia pun sangat menyukainya.
Mereka bilang rasanya kompleks dan unik, sangat berbeda dari masakan lain yang pernah mereka coba," kata Yenny Andayani, pemilik restoran Indonesia di Rotterdam, Belanda.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI juga aktif mempromosikan rendang sebagai ikon kuliner nasional melalui berbagai festival dan pameran makanan internasional.
Pada 2024, Indonesia menggelar “Rendang Festival” di Dubai Expo sebagai bagian dari diplomasi kuliner.
Di era digital, rendang juga ikut berevolusi. Banyak pelaku UMKM mulai menjual rendang dalam bentuk kemasan kaleng atau vakum, sehingga bisa bertahan hingga 6 bulan tanpa pengawet.
Ini membuka peluang ekspor rendang ke berbagai negara, terutama negara dengan diaspora Indonesia yang besar seperti Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk olahan rendang meningkat sebesar 27% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Nilai ekspor tertinggi berasal dari rendang kemasan asal Sumatera Barat dan Jawa Barat.
"Inovasi dalam pengemasan membuat rendang bisa menjadi oleh-oleh khas Indonesia yang mudah dibawa ke mana saja.
Rasanya tetap terjaga dan tahan lama. Ini jadi peluang besar bagi UMKM kita," jelas Rika Sari, kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar.
Meski terus populer, rendang juga menghadapi tantangan pelestarian.
Generasi muda cenderung memilih makanan cepat saji dan tidak banyak yang tertarik mempelajari cara memasak rendang secara tradisional.
Padahal, proses pembuatan rendang adalah bagian dari warisan budaya yang penting untuk diteruskan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah daerah Sumatera Barat menggagas program “Rendang Masuk Sekolah” yang mengajarkan siswa-siswi SMA cara memasak rendang serta sejarah dan filosofinya.
Program ini mendapat sambutan positif dan kini telah diterapkan di 12 kabupaten/kota.
“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Anak-anak perlu tahu bahwa rendang bukan cuma enak, tapi juga sarat makna dan identitas budaya,” ujar Linda Octavia, guru SMAN 5 Padang yang menjadi pelatih dalam program tersebut.
Rendang bukan hanya ikon kuliner Sumatera Barat, tetapi juga duta budaya Indonesia di mata dunia.
Dengan cita rasa yang kaya, filosofi yang dalam, dan potensi ekonomi yang besar, rendang layak dijaga dan dilestarikan oleh semua kalangan.
Baik lewat warung makan di kampung halaman, restoran mewah di luar negeri, maupun kemasan modern yang merambah pasar global, rendang membuktikan bahwa kekayaan tradisi bisa terus hidup dan berkembang di era modern.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: