BACA JUGA:AMSI Gelar Pelatihan Cek Fakta di Padang untuk Lawan Informasi Sesat Jelang Pilkada 2024
Menurutnya, platform digital kini menjadi pesaing utama televisi, membuat banyak stasiun TV harus bertransformasi cepat agar tetap relevan.
“Kita membutuhkan regulasi yang adil yang mendukung media tradisional untuk bersaing secara sehat di ruang digital, bukan justru ditinggalkan. Harus ada afirmasi terhadap jurnalisme berkualitas,” tegas Jazuli.
Jazuli juga berharap Dewan Pers mampu mengadvokasi kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada media yang menjalankan fungsi jurnalistiknya secara bertanggung jawab.
Misalnya, dalam penyusunan regulasi untuk konten video di platform digital seperti YouTube dan TikTok.
Navigasi Ekosistem Media Baru
Sementara itu, Wenseslaus Manggut memberikan pandangan kritis terhadap cepatnya perubahan ekosistem media.
Ia menekankan bahwa Dewan Pers perlu menjadi navigator yang cerdas dan adaptif.
“Ekosistem media saat ini sangat cair. Platform digital terus berubah, model bisnis bergeser, dan pola konsumsi publik tidak lagi bisa diprediksi. Dibutuhkan ketegasan, keberanian, dan kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan platform-platform besar seperti Google, Meta, dan TikTok,” ujar Wens.
Wens juga mendorong agar para raksasa digital lebih aktif terlibat dalam diskusi soal keberlanjutan industri media lokal.
"Mereka punya tanggung jawab sosial. Mereka harus menjadi bagian dari solusi untuk membangun ekosistem informasi yang sehat," tegasnya.
Refleksi, Kolaborasi, dan Silaturahmi
Setelah sesi diskusi, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab yang dinamis.
Berbagai pertanyaan muncul, mulai dari bagaimana menjaga etika jurnalistik di tengah AI, cara menghadapi persaingan konten digital, hingga bagaimana strategi Dewan Pers mendatang dalam meningkatkan kualitas media di daerah.
Momentum HUT ke-8 AMSI ditandai dengan pemotongan tumpeng yang penuh makna. Para tamu undangan tampak berbaur dalam suasana akrab.