DLH : Kondisi Udara di Kabupaten OKI Naik Turun

DLH : Kondisi Udara di Kabupaten OKI Naik Turun

Kepala DLH Kabupaten OKI, Aris Panani--

SUMATERA SELATAN, PALPOS.ID - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mengemukakan, kondisi udara atau Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di wilayah OKI mengalami naik turun.

"Kondisi udara atau ISPU saat ini naik turun di kisaran antara kategori Baik dan Sedang," ungkap Kepala DLH OKI, Aris Panani saat dikonfirmasi, Selasa (31/10/2023).

Ia menambahkan, kondisi itu berdasarkan ISPU dari alat AQMS (Air Quality Monitoring System) atau sistem pemantauan kualitas udara DLH OKI. Dalam setiap jam berubah antara Baik dan Sedang.

BACA JUGA:Kian Tak Terjangkau, Harga Cabai Rawit Merah di OKI Naik Tajam

"ISPU di wilayah OKI per hari ini pada pukul 15.00 WIB terpantau berada pada angka 40 atau dalam kategori Baik. Dalam kategori ini, masyarakat masih boleh melaksanakan aktivitas di luar," ujarnya.

Dikatakannya lagi, meski saat ini masuk dalam kategori Baik, namun sebelumnya kondisi udara di wilayah Kabupaten OKI pernah mencapai kategori Tidak Sehat.

"Kategori Tidak Sehat ini ialah tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam kondisi tersebut, untuk langkah yang harus dilakukan sudah diatur dalam Permen LHK," tuturnya.

BACA JUGA:Didatangi Kapolda Sumsel, KLHK RI Bantu Pemadaman Karhutla di OKI

Masih kata Aris, dimana masyarakat dihimbau diantaranya bagi kelompok sensitif, boleh melakukan aktivitas di luar tetapi mengambil rehat lebih sering dan menyimpan obat asma.

"Kemudian, bagi penderita penyakit jantung : gejala seperti palpitasi/jantung berdetak lebih cepat, sesak nafas, atau kelelahan yang tidak biasa mungkin mengindikasikan masalah serius," imbuhnya.

Selanjutnya, setiap orang dihimbau untuk mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan.

BACA JUGA:Momentum HSP ke-95, Pemkab OKI Apresiasi Belasan Pemuda Berprestasi

"Harapan kita, semoga masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar, sehingga tidak ada lagi karhutla. Lalu, disegerakannya musim kemarau sehingga memasuki musim penghujan dan musim buah," tutupnya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: