Ikan Salai : Menjelang Ramadhan Permintaan Ikan Asap ini Meningkat Signifik Loh

Ikan Salai : Menjelang Ramadhan Permintaan Ikan Asap ini Meningkat Signifik Loh

Proses pembuatan ikan salai, di Kota Lubuklinggau.-Foto : Maryati-

KULINER, PALPOS.ID- Ikan salai merupakan ikan yang dikeringkan melalui proses penyalaian/pengeringan/pengasapan. Ikan salai ini menjadi salah satu KULINER khas sebagian besar daerah di Provinsi Sumatera Selatan, seperti Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuklinggau, Kabupaten Muara Enim dan lainnya.

Ikan salai dapat dijadikan beragam menu kulier, seperti pindang ikan salai, gulai lemak ikan salai, campuran sayur bening, campuran kuah lontong sayur, dan lain sebagainya.

Konon, dulunya ikan salai dibuat nelayan/masyarakat di aliran Sungai Musi sebagai salah satu upaya untuk mengawetkan ikan hasil tangkap nelayan yang berlimpah, agar awet hingga berbulan-bulan. Proses pengawetan secara alami ini berlangsung turun temurun dan menjadi warisan tradisi.

Namun seiring perkembangan justru ikan salai yang nikmat diolah menjadi berbagai menu masakan, justru menjadi ciri khas kuliner daerah setempat.

BACA JUGA: Resep Mudah dan Lezat Celimpungan: Takjil Tradisional Palembang yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Menggoda Lidah: Keberagaman Cemilan Indonesia sebagai Simbol Kreativitas Kuliner

Kini ikan salai juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan salai yang termahal adalah ikan lais, untuk 1 kg salai lais   berkisar Rp350 ribu, salai baung Rp280 ribu, salai leleh Rp120 ribu perkilogram, salai paten Rp 100 ribu perkilonya, dan masih banyak lagi jenis ikan salai yang ada di Sumatera Selatan, yang jelas beda jenis ikan beda juga harga salainya. 

Salai lais memiliki keistimewaan tersendiri, karena selain lebih gurih dan tulangnya lebih lunak, rasanya juga lebih nikmat untuk diolah menjadi beragam menu kuliner. Beda ikan maka beda juga harganya salainya. 

Tingginya harga ikan salai ini selain karena proses pembuatannya yang membutuhkan waktu yang lama dan menguras energi, juga karena terjadi penyusutan berat ikan saat proses penyalaian (pengasapan).  

Seperti yang diungkapkan Teguh, salah satu owner home industri ikan salai di Jalan Ceremeh Dalam RT 07, Kelurahan Ceremeh Taba, Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. 

BACA JUGA:Merayakan Keanekaragaman Kuliner Indonesia: Lima Hidangan Ikonik yang Mencerminkan Kelezatan dan Tradisi

BACA JUGA:Manis vs. Segar: Mengungkap Perbedaan Mempesona antara Apel Merah dan Apel Hijau

Menurut teguh dalam proses pembuatan ikan salai, hal pertama yang dilakukan adalah menyiang dan mencuci ikan hingga bersih, kemudian ikan yang sudah bersih diletakan diatas perapian untuk disalai/dikeringkan.

"Butuh waktu seharian bahkan lebih untuk mengeringkan ikan, paling tidak 2 hari baru menjadi salai yang kering, jika cuaca bagus/tidak hujan," jelas Teguh, dijumpai di rumah produksi Ikan Salai, Kamis 7 Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: