Aspirasi Pemekaran Wilayah Jawa Barat: 25 Calon Kabupaten dan Kota Baru, Gerakan Tak Pernah Kendor

Aspirasi Pemekaran Wilayah Jawa Barat: 25 Calon Kabupaten dan Kota Baru, Gerakan Tak Pernah Kendor

Aspirasi Pemekaran Wilayah Jawa Barat: 25 Calon Kabupaten dan Kota Baru, Gerakan Tak Pernah Kendor.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

PALPOS.ID - Aspirasi Pemekaran Wilayah Jawa Barat: 25 Calon Kabupaten dan Kota Baru, Gerakan Tak Pernah Kendor.

Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia ini kembali menggelorakan semangat pemekaran wilayah. 

Dengan luas mencapai 37.040,04 km² dan jumlah penduduk lebih dari 50 juta jiwa, tekanan terhadap kapasitas pemerintahan daerah untuk melayani masyarakat semakin besar. 

Aspirasi pembentukan 25 daerah otonomi baru (DOB) kini menjadi isu strategis dalam pembangunan dan pemerataan di Jawa Barat.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Jawa Barat: Sejarah dan Masa Depan Daerah Otonomi Baru

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Kaltim: Tenggarong, Calon Kota Baru dengan Sejarah Panjang sebagai Pusat Kesultanan Kutai

Antara Ledakan Penduduk dan Ketimpangan Pembangunan

Jawa Barat hanya memiliki 27 kabupaten/kota, jauh dari memadai untuk mendistribusikan beban layanan publik dan pembangunan. 

Dalam dua dekade terakhir, wilayah ini telah mengalami pertumbuhan penduduk yang eksponensial, khususnya di kawasan penyangga ibu kota seperti Bekasi, Bogor, dan Depok, serta di sentra industri seperti Karawang, Purwakarta, dan Cikampek.

Namun, pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan kapasitas pelayanan publik dan infrastruktur yang memadai. 

Banyak kawasan yang masih tertinggal, baik dari segi akses kesehatan, pendidikan, hingga fasilitas umum dasar. Pemekaran wilayah dipandang sebagai solusi realistis.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Kaltim: Calon Kota Samarendah Disiapkan Jadi Pusat Ekonomi Baru Penyangga IKN

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Jawa Barat: Pembentukan Provinsi Cirebon untuk Masa Depan Cerah Ciayumajakuning

"Kalau pelayanan tidak bisa merata, maka ketimpangan akan makin dalam. DOB menjadi kebutuhan, bukan lagi pilihan," ujar Dede Kusdinar, tokoh masyarakat Garut Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: