Gemblong : Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Gempuran Makanan Modern

Manisnya gula merah, kenyalnya ketan… siapa yang bisa nolak gemblong.-Fhoto: Istimewa-
“Saya belajar dari ibu saya dulu. Bahannya sederhana: beras ketan, kelapa parut, sedikit tepung tapioka, dan gula merah.
Tapi prosesnya butuh ketelatenan,” kata Bu Nurhayati.
BACA JUGA:Kue Putri Mandi : Warisan Kuliner Nusantara yang Melembut di Lidah
BACA JUGA:Kue Misro : Cita Rasa Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Modernisasi Kuliner
Ia mengaku masih bisa menjual sekitar 300–500 biji gemblong setiap harinya. Pelanggannya datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang memesan untuk dikirim ke luar kota.
“Saya senang karena anak-anak muda sekarang juga mulai suka. Mereka tahu dari media sosial, lalu datang cari langsung,” tambahnya.
Selain di pasar tradisional Jakarta, gemblong juga mulai merambah ke toko-toko oleh-oleh dan gerai makanan online.
Di beberapa kota seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta, gemblong juga bisa ditemukan dengan sedikit modifikasi sesuai selera lokal.
Bahkan di Bali, ada camilan serupa bernama klepon goreng yang mirip dalam konsep dengan gemblong.
Selain itu, gemblong juga mulai dijual dalam bentuk kemasan modern oleh beberapa UMKM kuliner.
Mereka menggunakan teknik vacuum packaging agar gemblong lebih awet dan bisa dijual di e-commerce.
Ini memperluas pasar gemblong ke seluruh Indonesia.
Tren kembali ke makanan tradisional beberapa tahun terakhir membuat popularitas gemblong meningkat. S
ejak pandemi COVID-19, banyak orang mulai mencari comfort food dan makanan yang mengingatkan mereka pada masa kecil.
Gemblong menjadi salah satu yang paling dicari di mesin pencari Google untuk kategori “kue tradisional Indonesia”.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: